Peraturan lapak Fey:
•Tekan vote sebelum membaca✅
•Wajib komen yang banyak✅Spam love buat Una di sini❤️❤️❤️
***
"Dikta."
Wanita itu melepas tautan tangan pria di sebelahnya dari pinggangnya. Disahuti deheman kecil. Napas hangat Dikta pun menerpa belakang lehernya, Luna segera berbalik badan.
"Percakapan kalian tadi nggak menggambarkan pasangan suami-istri yang udah mau cerai. Malah kayak keluarga cemera." Tersirat kesedihan dalam nada bicaranya. "Aku ... ngeganggu hubungan kalian."
"Nggak, Lun." Benar bukan? "Pernikahanku sama Iren memang udah rusak sebelum kita kembali."
Alih-alih menatap Dikta balik, Luna justru melarikan pandangan pada gorden putih kamarnya, kilatan lampu dari gedung seberang terlihat dari ujung gorden yang tak tertutup sempurna. Luna membiarkannya. Toh, ia dan Dikta tidak sedang berbuat negatif.
"Tapi makin buruk setelah aku datang."
Dikta mengusap mukanya kasar. Salahnya sudah terbawa arus permainan Iren karena tidak seharusnya ia termakan emosi dan ikut-ikutan mempermainkan pernikahannya dan dengan sengaja mengajak Luna balikan. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Dikta merasa sangat berdosa.
"Maaf, Lun." Dikta tahu, kata maafnya tak akan bisa membuat Luna tenang, apalagi membuat seluruh masalah selesai. Satu yang menjadi fokus Dikta belakangan ini, apakah pilihannya bercerai dengan Iren adalah pilihan yang tepat? Bukan karena ia ragu pada hubungannya dengan Luna, Dikta hanya penasaran, apakah perceraian benar-benar solusi tepat yang bisa menyelesaikan masalahnya dengan Iren? Dikta tak menyangka bahwa hidupnya akan serumit ini setelah menyetujui dijodohkan dengan Iren.
"Kadang aku berpikir egois, kenapa kamu harus dijodohkan sama Iren? Padahal udah ada aku." Luna tertawa miris, " tapi mami kamu nggak ngerestuin kita."
Perbedaan strata adalah alasan mengapa dahulu mereka tidak bisa bersama. Kini, Luna tersadarkan kembali. Sekalipun Dikta memilihnya, apakah hubungan mereka nanti akan menemui akhir yang berbeda dari dua tahun yang lalu? Dalam artian direstui, bukan lagi jalan buntu yang ditemuinya.
"Aku akan perjuangin kamu, Lun," gumam Dikta yang kini kembali memeluk Luna. "Aku yang ngajak kamu masuk ke permasalahan kami, berarti aku siap bertanggung jawab. Karena ... yang aku mau dari awal memang kamu."
***
"Ayo mandi!" Dengan badan berbalut handuk, Iren menggendong Una ke dalam kamar mandi.
"Ndiii?" Una menatap maminya polos.
Iren lantas tertawa. Ah, anaknya sangat lucu, apalagi Una hanya mengenakan celana dalam putih bermotif bunga matahari, badan bagian atasnya terbuka polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Itu Mudah (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒔𝒂𝒉?" Celaka dua belas karena Dikta dan Iren harus terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Cinta tak...