Gata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?"
@aksara_salara
#150821
Team baca ulang? Atau pertama kali tau cerita ini?
Kalian tau GATA darimana?
Happy Reading, all ♡
❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
Hembusan angin di bulan Desember cukup dingin. Malam ini, malam terlihat sendu sehabis menumpahkan hujan yang tak berhenti sejak pagi. Suasana malam yang beku, membuat kebanyakan orang enggan hanya untuk sekadar berdiri di luar.
Namun langkah kaki remaja ini terus berpacu ke arah sebuah cafe. Cafe yang terlihat ramai dari luar. Cafe yang sudah dihias sedemikian rupa dengan balon dan yang lainnya. Khas sebuah pesta remaja.
Remaja itu berdiri, di antara hembusan angin yang membekukan tulang. Sampai, benda pipih yang sejak tadi ia genggam, bergetar. Deretan pesan dan panggilan tak terjawab memenuhi bagian notifikasi di layar ponselnya.
Untuk sejenak, ia hanya tersenyum. Apalagi saat netranya menangkap sosok yang sangat ia kenali. Seorang lelaki paruh baya yang saat ini berdiri bersisihan dengan remaja putri yang mungkin saja lebih tua darinya.
Kemudian, bayang-bayang perkataan lelaki itu berputar kembali di kepala.
"Nanti Papa bakal datang. Kamu tunggu Papa di rumah aja."
Namun sampai saat ini, lelaki itu tidak datang. Karena lelaki itu tengah merayakan pesta ulang tahun anaknya yang lain.
Kemudian, ingatannya kembali pada kata-kata Mamanya beberapa hari lalu.
"Besok sebenarnya Mama harus pergi ke Bogor. Tapi Mama usahakan buat ketemu kamu."
Dan, sama. Sampai hari ini, wanita itu juga tidak pernah datang.
Ingatannya kembali terhempas pada ingatan beberapa tahun lalu. Tepat, saat kedua orang tuanya memilih untuk berpisah.
"Mama sama Papa nggak bisa bersatu. Kalau kita tetap bersama, ini bakal mempengaruhi perusahaan. Mama nggak bisa, sayang, maaf."
"Mama kamu benar. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kita bertiga. Papa tidak bisa kehilangan perusahaan itu begitu saja."
Untuk kita bertiga.
Ia ulang kembali kalimat itu dalam hati. Berkali-kali sampai ia sadar satu hal. Dengan tergesa-gesa, ia hidupkan ponselnya kembali. Kemudian menghubungi nama seseorang.
"Halo, Al. Lo punya duit, nggak? Gue boleh pinjem?"
Seseorang di seberang sana nampak bertanya-tanya.
"Buat beli waktu Mama dan Papa gue. Karena mereka takut, kalau ninggalin perusahaan bakal kehilangan duit. Makanya gue mau pinjem uang sama lo. Biar gue bisa ganti uang yang terbuang pas mereka ketemu gue nanti."
"Halo?"
"Al?"
Sambungan terputus begitu saja. Ia mendesah panjang. Lalu menatap pemandangan itu lagi.
Hatinya sakit.
Tapi tidak akan ada satu pun yang peduli.
Ia iri.
Seperti gadis itu. Ia juga ingin menghabiskan malam bersama papanya.
Hujan datang lagi. Mengguyur deras sosok yang masih berdiri di sana tanpa berniat untuk pergi. Walau tubuhnya menggigil dan hampir membeku.
Ia tetap berdiri tak goyah. Seolah hipotermia itu tidak akan mengambil nyawanya kapan saja. Ia biarkan bagaimana hujan menerpanya sampai puas, sampai lukanya benar-benar terbilas habis bersama tetesannya.
Karena hatinya sudah lama mati rasa. Atas sebuah harap yang tak pernah menjadi nyata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
the only purpose of this life is to die—Gata Aryasatya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat datang. Terimakasih karena sudah berkenan hadir dan menjadi bagian dari cerita ini.
Saya sarankan, sebelum membaca, siapkan mental kalian. Karena di cerita ini, sesuatu yang nggak mungkin akan menjadi mungkin.
Cerita ini memiliki banyak tokoh jahat.
Di cerita ini, kalian nggak akan bisa menemukan kisah romance yang buat baper tujuh hari tujuh malam.
Cerita ini full brothership, friendship, and family. Sudah tau cerita ini bukan genre nya kalian? Silahkan pergi. Bukan mengusir, hanya memperingatkan.
