□ Lembar 12

5.5K 857 69
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

"Gue boleh ikut gabung, kan, Ga?"

Gata mengangguk. Kemudian menggeser tubuhnya. Mengizinkan Naswa duduk di sampingnya.

"Lo bolos juga, Nas?"

"Iya. Gue pengen istrhatin tubuh gue. Gue capek, Ga."

Gadis tomboy itu bukan seperti gadis yang Gata lihat. Tidak ada jejak tegar di wajah Naswa. Hanya ada tatapan sayu, dengan satu luka di bawah bibirnya.

"Bibir lo kenapa?"

Ditanya demikian, Naswa lantas meraba sudut bibirnya yang mati rasa. Gadis itu tertawa. "Ini hadiah dari bokap. Semalam gue ketahuan ketemu Mama."

"Maksud lo?"

Naswa mengambil napas sejenak. "Gue anak broken home, Ga. Orang tua gue cerai pas gue umur lima. Umur dimana anak-anak lain bisa dapet kasih sayang penuh dari orang tua mereka. Tapi di umur itu, gue harus memilih untuk ikut siapa. Gue nggak bisa memilih keduanya, Ga. Gue harus pilih salah satu di antara mereka."

Kini Gata mengerti. Bahwa tidak ada seorang anak pun yang tegar bila ada di posisi ini. Mungkin mereka masih mampu biasa saja. Tapi jauh di dalam diri mereka, mereka menyimpan kehancuran itu sendirian.

Dunia tidak tahu. Dunia hanya tahu bagaimana cara menghakimi. Menyebut mereka sesuka hati. Menyebut mereka kurang ajar karena kurangnya didikan orang tua.

Karena tanpa mereka sadar, kata-kata itu sudah menggores terlalu dalam luka di hati. Karena setiap anak yang lahir dari kehancuran keluarga, selalu mendambakan didikan orang tua mereka.

"Mau nangis, nggak? Sini, nangis di bahu gue aja." Gata menepuk bahunya.

Naswa tertawa lirih. Kendati demikian, ia tetap merebahkan kepalanya di bahu Gata. Kemudian tetes demi tetes air mata jatuh membasahi wajah putih Naswa.

"Bisa nggak sih, kalau sebelum kita lahir, kita milih mau lahir dari orang tua mana? Kita lahir di keluarga yang mana?" Naswa tiba-tiba bertanya.

"Nggak bisa, Nas. Tuhan udah siapin takdir untuk setiap kehidupan kita." jawab Gata. Ia berhenti sejenak, untuk mengusap sudut mata Naswa.

"Sebelum kita lahir, Tuhan udah menggaris takdir buat kita. Dari orang tua mana kita akan lahir, siapa nama kita, bagaimana jalan hidup kita nantinya, dan bagaimana kita mati. Semua udah di atur sama Tuhan." Gata melanjutkan.

"Berarti dunia nggak adil, kan? Kenapa semua anak nggak bisa merasakan kasih sayang orang tua? Kenapa ada yang bisa, kenapa ada yang seperti gue? Kenapa, Ga?"

Gata buang pandangannya ke depan. Ke langit biru yang kini membentang di atas mereka. "Karena supaya manusia belajar dari manusia lainnya."

Tangan Naswa mengusap wajah. Menyingkirkan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang