❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
Bunda Tika dan Mami Yani hanya saling memandang kala Gata datang. Ada yang aneh dengan sikap anak itu. Anak yang saat ini sedang memakan bakso di depan mereka, bukan Gata yang biasanya.
Anak itu masih ceria, masih suka menebar tawa. Namun hari ini, tawa itu benar-benar hambar. Bukan tawa yang mereka harapkan. Bukan juga tawa yang biasa mereka dengar.
Bunda Tika dan Mami Yani juga sadar, bahwa Gata hari ini bukan Gata yang biasanya. Itu semua karena Gata hanya tertawa singkat, saat orang lain berada di sampingnya. Namun akan merenung saat semua orang pergi.
Gata yang mereka kenal hari ini, bukan Gata yang mereka kenal hari-hari sebelumnya.
"Kamu merasa aneh juga sama Gata?" tanya Bunda Tika pada Mami Yani. Mereka berdua sedang melihat Gata dari balik dinding yang memisahkan stan keduanya.
"Iya. Dia tidak seceria biasanya. Semuanya palsu. Tawa dia palsu. Atau, memang seperti itu?"
"Berapa banyak luka yang sedang anak itu bawa di bahunya?"
Mami Yani menggeleng perlahan. "Gata terlalu sulit di raih. Dia ada di depan kita, sedang makan bakso. Tapi jiwa Gata sudah pergi sejak lama. Tubuh itu hanya berisi jiwa yang palsu."
Yang sedang Mami Yani dan Bunda Tika ceritakan, hanya memakan baksonya dalam diam. Gata memang pergi ke kantin sendirian. Tanpa Alvarendra atau pun Cakra.
Kedua cowok itu sedang memiliki urusan masing-masing. Cakra diharuskan latihan setiap jam istirahat. Sedangkan kali ini, Alvarendra ada pertemuan antara tim basket mereka.
Setelah menandaskan semua bakso yang berada di mangkuk, Gata berniat pergi, sebelum kedatangan Jihan yang tiba-tiba menghentikannya kembali.
"Kenapa, Han?"
Karena Jihan tak mengatakan apa pun, Gata beratnya. Gadis itu hanya terus berdiri, tanpa mengatakan apa-apa.
"Han, kenapa sih? Ada perlu sama gue?"
"Iya." Akhirnya Jihan bersuara. Kemudian gadis itu meminta Gata untuk mengikuti langkahnya.
Mereka pergi ke kelas, ternyata. Begitu sampai, wajah Jihan terlihat sangat frustasi.
"Ada apa, Han? Kenapa muka lo keliatan bingung gitu?" Gata bertanya lagi.
"Buku tugas Biologi gue hilang. Hari ini ada tugas. Gue nggak tau harus gimana." Kali ini, Jihan benar-benar terlihat frustasi. Bukan lagi Jihan yang pandai ber-akting di segala situasi.
Gata tahu, jika Jihan secara tak langsung sedang meminta bantuan padanya. Maka ia segera mengambil buku tugas Biologi miliknya, menyobek halaman depan kemudian ia berikan pada Jihan.
"Ini buku tugas gue. Lo kumpulin ini aja. Tenang, tulisan gue nggak mudah dikenal."
Jihan ragu sejenak. Tapi tetap menerima buku itu. "Makasih." Hanya itu yang ia ucapkan sebelum berjalan ke kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| GATA
Teen FictionGata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?" @aksara_salara #150821