❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
Cakra melempar ponselnya begitu saja saat Gata mematikan sambung telepon secara sepihak. Ia ambil nafas dalam-dalam untuk meredakan emosi.
"Kenapa, sih, Cak?"
Seorang gadis bertanya pada Cakra. Gadis yang juga terkejut karena Cakra mengumpat tiba-tiba. Bahkan suara cowok itu menggema di tengah aula.
Beberapa pasang mata juga menatap Cakra. Hingga membuat Cakra meringis, merasa tak enak pada mereka.
"Nggak pa-pa, nggak pa-pa. Tadi ada tukang sales yang nawarin gue buat kredit lemari. Gue nggak mau, tapi dia maksa. Berakhir gue emosi."
Namun, gadis yang tadi bertanya tak lantas percaya. "Serius?"
Cakra menoleh pada Amelia—gadis yang tadi bertanya. "Iya, Mel, empat rius kalau perlu!"
Amelia itu gadis ceria, jadi hanya karena ucapan ngelantur Cakra sudah membuatnya tertawa. Kemudian gadis itu menyerahkan sebotol minuman pada Cakra. Yang diterima dengan sepenuh hati oleh cowok itu.
"Makasih, Mel."
"Gaet aja, Mel, gaet! Belum ada yang punya ini!"
Tau-tau, suara Alvarendra menggema di tengah hening. Karena semua anggota teater tengah beristirahat. Alvarendra masuk ke dalam aula, masih mengenakan seragam basket yang kini lepek karena keringat.
Alvarendra sugar rambutnya ke belakang. Menampilkan dahi mulusnya beberapa detik. Ada beberapa siswi yang bahkan menahan nafas karena perbuatan kurang ajar Alvarendra barusan.
"Tebar pesona aja lo Al!" kata Cakra, melempar kertas yang sudah ia gulung sedemikian rupa ke arah Alvarendra.
"Lah? Gue cuma nyisir rambut doang dibilang tebar pesona. Memang susah jadi orang ganteng, tuh."
"Najis banget." Cakra jadi kesal lagi.
"Kenapa sih, lo? Marah-marah mulu?"
Kan, Cakra jadi ingat perbuatan Gata beberapa menit lalu. Namun ia buru-buru menepisnya. Gata memang seperti itu, jahil tidak tahu tempat.
"Mau ngapain lo ke sini?" Karena tahu kedatangan Alvarendra bukan hanya sekadar gabut belaka, Cakra bertanya.
"Nah, kan, sampe lupa gue. Gue mau bilang, malam ini lo dateng ke rumah gue. Besok kan libur tuh, lo nginep aja sekalian." kata Alvarendra menjelaskan niatnya datang ke sini.
"Ada acara apaan?"
"Nggak tau, Mama gue yang nyuruh." Setelah berkata demikian, Alvarendra melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. "Gue cabut duluan. Gata masih nunggu di depan gerbang."
Mendengar nama Gata, Cakra jadi kesal lagi. Lalu ia membuat gestur untuk mengusir Alvarendra supaya cepat pergi.
"Haha, kalian lucu banget sih." suara Amelia kembali menginstrupsi. Membuat Cakra menoleh ke arah gadis itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| GATA
Roman pour AdolescentsGata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?" @aksara_salara #150821