□ Lembar 1

14.1K 1.1K 63
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

"Ga, hari ini pulang ke rumah siapa?"

Langkah kaki Gata memelan, saat seseorang bertanya dari belakang. Ia alihkan tatapan, kini, irisnya dan kedua iris orang itu bertemu.

"Ke rumah Mama. Lo anterin gue, kan?"

Seseorang yang tadi bertanya lantas mengejar langkah Gata. Ketika langkah mereka sejajar, ia merangkul bahu Gata dengan akrab. "Iya. Gue anterin lo dulu. Habis itu gue mau kencan sama gebetan baru."

"Kok bisa-bisanya, sih, mereka mau sama lo?"

Seseorang itu tersenyum pongah. "Jangan salah. Gini-gini semua cewek ngantre mau jadi pacar gue. Bahkan mereka rela jadi yang kedelapan."

Kedua mata Gata membulat. Ia tepis tangan Alvarendra dari bahunya. "Segitunya? Cewek-cewek itu nggak tau kalau mereka jadi yang kesekian?"

Yang sedang berjalan dengan Gata adalah Alvarendra Bramantyo. Seorang cowok famous yang kata Gata gantengnya itu dipaksakan. Karena mau bagaimana juga, tetap ganteng ia kemana-mana.

"Tau. Tapi mereka nggak keberatan."

"Pakai pelet apa, sih, Al? Ajarin juga dong. Gue juga mau kali direbutin gitu."

Mereka berbelok di ujung koridor. Perbatasan perpustakaan dengan kelas sebelas. Sebelum menjawab, Alvarendra melambaikan tangan ke arah seseorang yang kini berjalan ke arah mereka.

"Lo lebih baik nggak usah pacaran. Gue nggak setuju. Pacaran cuma buat sakit hati. Lebih baik lo fokus sama hidup lo sendiri." kata Alvarendra mulai serius. Ia akan serius jika itu menyangkut tentang Gata.

"Lo berdua baru keluar?" Seseorang yang tadi melambai bersama Alvarendra sampai. Cowok itu adalah Cakra Bumantara. Cowok asli Indonesia yang sayangnya terlihat seperti bule. Cowok famous yang gemar Fisika.

"Yoi! Lo habis dari mana? Perpustakaan lagi?" tanya Alvarendra sesekali melirik Gata di sebelah yang sibuk dengan ponselnya.

"Enggak. Gue habis latihan teater buat lomba bulan depan. Coba lo tebak, apa peran gue sekarang?"

Cakra mulai menyombongkan diri. Ia memang siswa aktif yang sering mengikuti segala jenis lomba. Tidak seperti Alvarendra yang mageran. Apalagi Gata yang nolep dan sering demam panggung. Maju untuk presentasi saja, Gata sudah hampir terkencing di celana.

"Pangeran? Tukang sapu? Atau, jadi Kaisar?"

Cakra menggeleng prihatin. "Jadi PHO. Gue berperan jadi orang ketiga. Nggak tau, deh, gue harus seneng atau sebaliknya."

Dan tawa laknat Alvarendra langsung mengudara. Ia bahkan sampai terpingkal-pingkal menertawakan wajah Cakra yang kini sudah masam. Namun, tawa itu harus berhenti saat suara Gata menginstrupsi.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang