❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
"Apa? Keracunan?"
Alvarendra ulangi lagi pertanyaan yang sempat ia tanyakan pada Dokter di depannya ini.
Dokter perempuan itu mengangguk. "Iya. Teman kamu keracunan makanan. Terus alergi dia juga kambuh. Mungkin, dia nggak sengaja mengonsumsi keju atau susu. Teman kamu ini alergi sama keduanya, kan?"
"Iya. Tapi ...." Kemudian Alvarendra ingat sesuatu. Ia menahan katanya. Setelah mengucapkan terimakasih pada Dokter perempuan itu, Alvarendra masuk ke dalam ruangan Gata.
Karena dalam beberapa menit itu Gata tak sadarkan diri, dan keadaannya semakin mengkhawatirkan, Alvarendra harus membawa cowok itu ke rumah sakit.
Pihak sekolah juga menyarankan demikian. Bahkan tadi, wali kelas mereka sempat menghubungi Bayanaka atau pun Kirana. Namun tidak ada dari keduanya yang menjawab panggilan tersebut.
Di ruangan ini, hanya berisikan Gata yang tengah berbaring dengan infus di tangan kiri. Wajah Gata pucat, tanpa rona, seperti pertama kali ia datang.
Alvarendra lantas duduk di kursi yang tersedia. Ia tatap wajah Gata lekat-lekat.
Untuk yang kesekian kali, ia merasa patah hanya karena melihat wajah itu.
"Al." Panggilan seseorang membuat Alvarendra menoleh. Ia menemukan Mamanya tengah berjalan masuk ke ruangan. Ia sempat mengabari Mamanya tadi.
"Mama baru sampe? Mama nggak buru-buru, kan?" Karena tahu bagaimana Cemara saat dalam keadaan panik, Alvarendra tanyakan keadaan wanita itu lebih dulu.
"Mama nggak pa-pa. Tadi dianter supir. Gata gimana sayang?"
"Dia keracunan makanan, plus dia juga makan makanan yang mengandung keju sama susu. Tapi kata Dokter, semua udah baik-baik aja, Ma."
Tangan Cemara beralih mengusap dahi Gata. Dahi itu terasa panas di telapak tangannya.
"Mama nggak tega seperti ini terus, Al. Mama nggak bisa lihat Gata menderita terus. Bahkan saat dia sakit, orang tuanya masih sulit di hubungi." kata Cemara. Ia juga sudah berusaha menghubungi Bayanaka dan Kirana.
"Nggak ada yang bisa diharapkan dari kedua orang itu, Ma. Karena mau Gata sekarat juga, mereka nggak akan peduli."
"Kamu nggak boleh ngomong gitu, sayang, nggak baik. Bagaimana pun, mereka tetap orang tua Gata. Mereka juga Om dan Tante kamu."
Alvarendra mengalunkan tawa remeh. "Al nggak sudi menganggap mereka demikian."
Cemara menghela napas. Ia tahu, Alvarendra sudah terlalu lama muak menyimpan ini semua. Putranya sudah lama sekali ingin memberontak kepada Bayanaka dan Kirana atas nama Gata.
Namun, Alvarendra tidak bisa. Ia harus memikirkan perasaan Gata.
Cemara tahu, bagaimana kasih sayang Alvarendra untuk adik sepupunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| GATA
Ficção AdolescenteGata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?" @aksara_salara #150821