□ Lembar 4

7.2K 1.1K 122
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

Mungkin Alvarendra dan Cakra tidak akan selalu bisa ada untuk Gata. Tidak akan selalu bisa menyembuhkan lukanya.

Tapi mereka bisa, bisa jika menjadi tempat untuk Gata mencurahkan semuanya.

Kini, Gata bukan berada di rumah pohon, melainkan di rumah Alvarendra.

Bagaimana Alvarendra tahu?

Ia tidak sebodoh itu untuk percaya atas ucapan Gata yang bilang akan dijemput oleh mamanya. Ia tahu anak itu hanya mengatakan omong kosong.

Selama Gata menunggu kedatangan mamanya, selama itu juga ia masih berada di area sekolah. Gata saja yang tidak menyadarinya.

Ia bahkan mengikuti kemana langkah Gata pergi. Sampai akhirnya anak itu pingsan di tengah guyuran hujan.

Semua ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Bagaimana saat raut sedih Gata selepas mengetik balasan untuk mamanya. Bagaimana saat anak itu berusaha terlihat baik-baik saja.

Ia disana, kala itu, menyaksikan semuanya.

"Kepala gue pusing banget, Al. Dingin juga. Padahal udah pake berapa selimut."

Sejak tadi, Gata mengeluh dingin. Mengeluh pusing. Dan mengeluhkan semua yang ia rasa.

Hanya kepada Alvarendra dan Cakra, Gata berani terlihat selemah ini. Di depan semua orang, anak itu hanya bisa tertawa. Walau ada sakit yang tengah ia tekan mati-matian.

"Ya mau gimana lagi, lo nggak mau minum obat."

"Males banget minum obat, pahit."

"Yang manis itu permen. Ya namanya juga obat, pasti pahit, lah, Ga."

"Gue mau tidur aja deh. Siapa tau pas bangun nanti udah sembuh. Kalau bisa, gue udah bahagia hehe."

Lawakan itu tak membuat Alvarendra tertawa. Wajahnya masih sama, tanpa ekspresi.

Namun Gata tidak sadar atas apa yang terjadi pada sepupunya. Karena sejak sampai di sini, Gata tidak berani membuka mata. Benar-benar belum bertatapan dengan Alvarendra.

Setelah Gata terlelap, ruangan itu kembali hening. Alvarendra buka isi tas milik Gata.

Ia hanya menemukan dua buku tulis, isi pena, dan charger handphone. Hanya itu. Padahal hari ini jadwal pelajaran mereka ada empat.

Buku yang Gata bawa juga bukan buku mata pelajaran hari ini. Itu buku mata pelajaran dua hari lalu.

Diam-diam, ia meringis saat mulai membuka buku catatan Gata. Buku dengan judul Sejarah Indonesia itu nyatanya berisikan tulisan yang entah apa. Hanya ada sedikit catatan di sana.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang