□ Lembar 9

5.9K 783 36
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

Untuk sekali lagi, Cakra usap kedua matanya guna memperjelas penglihatannya. Saat ini ia berdiri di depan koridor kelas sepuluh, berhadapan dengan lapangan. Dan yang menjadi fokusnya adalah seseorang yang sedang berjalan ke arahnya. Bukan, lebih tepatnya tengah berkeliling menatap sekitar.

"Ini gue nggak salah liat, kan? Itu Axel? Ngapain tuh anak di sini? Pakai seragam sekolah sini juga?" Entah bertanya pada siapa, Cakra tidak peduli.

Lantas, ia pacu langkahnya menuju parkiran sekolah. Siapa tahu, jika Alvarendra dan Gata sudah tiba.

Dan memang benar, saat ia sampai, kedua makhluk itu baru saja turun dari motor.

"Ga, Axel pindah ke sini?"

Mendapat pertanyaan tiba-tiba seperti itu, Gata lantas menatap Cakra dengan aneh. "Mana gue tau. Gue aja baru berangkat. Lo liat Axel dimana?"

Cakra buru-buru menjawab. "Di lapangan. Dia bahkan pakai seragam sekolah kita juga."

Gata jadi ingat kemarin sore, saat ia melihat Axel dan seorang pria yang pergi ke arah sekolah mereka. Ternyata, itu karena Axel pindah ke sekolahnya?

"Jadi, kemarin gue juga nggak salah liat. Gue memang liat Axel pergi ke arah sini." gumam Gata.

"Mau ngapain lagi sih tuh anak?!" Alvarendra sudah emosi. Ini bukan pertanda baik. Jihan saja sudah membuatnya muak, ini ditambah Axel.

"Mau belajar, lah, Al." Tau-tau, Gata menyahut begitu.

Alvarendra tersenyum masam. Ia juga tahu. Tapi mengapa harus pindah ke sekolah mereka? Axel bahkan bisa pindah ke sekolah mana saja, yang tentunya lebih bagus dari sekolah mereka.

Ia hanya tak suka, tak suka bagaimana perangai cowok itu kepada Gata. Ia takut, bahwa dengan kehadiran Axel, akan membuat Gata dalam bahaya.

"Udah, jangan buruk sangka. Nggak baik. Ayo masuk. Gue belum nyalin tugas Seni Budaya lo, Al." Gata tahu bagaimana pemikiran Cakra dan Alvarendra saat ini. Jadi ia buru-buru mengalihkan pembicaraan.

"Lo berdua duluan aja. Gue harus ke aula dulu. Kemarin pena gue ketinggalan di sana." Setelah berkata demikian, Cakra berjalan pergi ke arah yang berbeda. Arah menuju aula utama sekolah mereka.

Itu hanya alibi Cakra. Ia tidak tenang, semenjak kedatangan Axel, sama seperti Alvarendra. Pikirannya kacau, memikirkan banyak kemungkinan buruk setelah Axel dan Gata bersatu di sini.

Langkah kakinya terus berpacu. Sampai di sebuah ruangan yang biasanya ia datangi. Ini kantor TU, ada sepupunya yang bekerja di sini. Kemudian ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu, karena tahu, jika masih pagi, kantor ini hanya berisikan sepupunya saja.

Seorang lelaki dengan seragam cokelat menoleh kala seseorang membuka pintu tiba-tiba. Untuk sejenak, tatapan matanya dengan Cakra bertemu.

"Tumben pagi-pagi ke sini? Ada apa?" Lelaki itu langsung melontar tanya.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang