□ Lembar 2

8.6K 1K 160
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

Gata berdiri di depan pintu, menyambut kepulangan sang Papa dengan senyum lebar seperti biasa.

"Pa—"

"Kamu ngapain di sini?"

Kata-kata itu terpotong begitu saja saat Bayanaka sampai di depan Gata. Ia tatap sang putra dengan pandangan tidak suka. Bukan hanya Bayanaka, bahkan Ajeng—istri lelaki itu—juga menatap Gata dengan pandangan yang sama.

"Emm, seharusnya aku hari ini dirumah Mama. Tapi Mama lagi ada acara. Malam ini aku tidur di sini, boleh, Pa?"

Sebelum menjawab, Bayanaka melirik ke arah sang istri. Ketika melihat Ajeng mengangguk dengan setengah hati, lelaki itu alihkan kembali pandangannya pada Gata.

"Boleh. Tapi malam ini aja. Besok kamu harus tidur di rumah Mama kamu."

Senyum lebar Gata mengembang. "Makasih, Pa." Namun ada sedikit keraguan di wajahnya. "Tapi, kalau acara Mama belum selesai, gimana, Pa? Aku tetep nggak boleh di sini?"

"Dikasih hati jangan minta yang lain. Masih untung kamu saya bolehin nginep di sini." Tau-tau, Ajeng menyahut dengan sinis.

Gata bergidik ngeri. Melihat wajah Ajeng, memang seperti melihat wajah nenek sihir atau pun ibu tiri Cinderella, dan mirip juga dengan ibu tirinya Bawang Putih. Nah! Persis seperti itu wajah Ajeng dalam bayangan Gata.

"Tapi nanti aku harus tidur dimana Tante? Masa anak ganteng kayak aku harus tidur di pinggir emperan toko? Atau, malah di kolong jembatan?"

Ajeng memijat pelipisnya karena mendengar ocehan tak penting Gata. "Terserah kamu! Mau tidur di kuburan juga bukan urusan saya." Kemudian ia segera berlalu dari sana. Berbicara dengan Gata, hanya akan membuatnya lelah tanpa bekerja.

Kini, tatapan Gata beralih pada Bayanaka. Seolah meminta papanya berbicara, atau setidaknya memberi solusi atas masalah ini. Tapi sampai beberapa detik, lelaki itu hanya diam.

"Pa. Papa nggak mau ngomong sesuatu sama aku?"

Gata hanya berharap, bahwa Papanya akan menjawab iya.

"Enggak. Papa capek, Gata, mau istirahat. Kamu juga istirahat. Kalau ada tugas, selesaikan dulu tugasnya baru tidur. Papa nggak mau lagi lihat nilai kamu yang justru bikin Papa sakit mata."

Bukan ini jawaban yang Gata mau. Tapi mau bagaimana lagi, papanya memang terlihat lelah. Lalu tanpa bisa mencegah, ia biarkan papa berlalu untuk istirahat.

Ada banyak hal yang ingin Gata ceritakan kepada papanya. Seperti seorang anak lelaki yang biasanya mengobrol dekat dengan ayah mereka. Tapi papa sibuk setiap hari, waktu untuk bertemu dengannya juga bisa dihitung menggunakan jari.

"Heh! Ngapain lo malah berdiri di sini? Ngehalangin jalan aja. Minggir!"

Lamunan Gata harus tersentak saat suara melengking wanita tiba-tiba terdengar di samping telinga. Gata lantas mengusap telinganya yang kini berdengung.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang