□ Lembar 23

8.6K 926 342
                                    

Siap?

Siap?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

Kirana tiup secara perlahan kopi yang masih mengepulkan asap di cangkirnya. Asap itu kemudian berbaur dan menghilang di udara.

Setelahnya, wanita itu tertawa lirih. Menertawakan asap yang kini tidak lagi bisa ia lihat. Asap itu menghilang begitu saja.

Terkadang, ia berfikir, mengapa lukanya tidak bisa pergi semudah itu? Ketika ia meniupkan lukanya, maka luka itu akan berbaur begitu saja bersama udara, kemudian hilang tak pernah kembali.

Seandainya semudah itu.

Kirana alihkan tatapan pada ruangan dimana ia berada. Ia menyewa sebuah tempat, sebuah ruangan sederhana yang telah di hias sedemikian rupa.

Di tengah ruangan itu, ada meja kecil berisikan kue ulang tahun dengan lilin ber-angka satu dan tujuh.

"Tiga jam lagi, Gata. Kamu harus kembali. Atau kalau nggak, Mama akan benci kamu selamanya. Selamanya!" Kemudian Kirana tertawa.

Ia beranjak untuk mendekati meja. Menatap kue itu lekat-lekat. Ia tidak tahu apa kesukaan Gata, atau apa warna favorit anak itu.

Sehingga ia memesan kue dengan warna abu-abu, tanpa warna lain. Tidak terang, tidak gelap. Seolah mengambarkan perasaannya saat ini.

"Pulang, Gata. Mama sudah siapkan kejutan ulang tahun buat kamu."

Kirana tidak tahu, apakah ia menyesal atau sebaliknya. Sekarang yang paling mendominasi hatinya adalah harapan akan datangnya Gata.

Berharap, tepat di tengah malam nanti Gata akan kembali. Anak itu akan datang dengan cengiran lebar dan sapaan hangat seperti biasa.

Akan memanggil namanya. Akan merentangkan tangan untuk memeluknya.

Disebut apa perasaan ini? Rindu?

Lain di rumah Bayanaka. Rumah itu nampak hening dan sepi. Bayanaka dan Ajeng pergi dua hari ini. Tidak ada yang tahu kemana keduanya pergi, bahkan Axel dan Navie tidak tahu kemana orang tuanya saat ini.

Navie sibuk menyelesaikan skripsi di kamarnya. Kamar gadis itu gelap, hanya cahaya dari laptop yang menerangi.

Gelap membuat Navie sedikit tenang. Karena sejak pagi tadi, dadanya bergemuruh tanpa henti. Seperti ada sesak yang ingin ia keluarkan namun tak bisa.

Tangannya tak henti mengetik di atas keyboard, menimbulkan bunyi bising yang mengisi hening.

Navie hanya berusaha mencari pelampiasan atas semuanya. Atas harap yang entah bisa menjadi nyata atau tidak.

Untuk malam ini, pertama kalinya ia berharap sosok itu akan datang.

Axel, cowok itu tengah bermain game. Di kamar Gata. Kamar yang biasanya Gata singgahi saat datang ke sini.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang