❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
Hari ini, Gata sedang berada di rumah Kirana. Seharusnya jika di hari sabtu, jadwal Gata berada di rumah Bayanaka. Tetapi lelaki itu mengabari, jika mereka sekeluarga sedang pergi ke puncak dan baru pulang lusa.
Awalnya juga, Kirana enggan menerima kedatangan Gata, namun sesuatu tiba-tiba terjadi. Wisnu, calon suami Silvi tiba-tiba datang dengan wajah sembab. Lelaki itu memohon maaf pada Kirana dan juga Bara—suami Kirana.
"Maaf, saya tidak bisa melanjutkan pertunangan ini. Sejak awal, saya tidak memiliki perasaan apa pun pada Silvi. Perjodohan ini hanya sepihak. Hanya Silvi yang mencintai saya. Saya tidak bisa. Tidak bisa jika harus menyakiti Silvi lebih jauh lagi." tutur Wisnu malam itu.
Silvi terisak dalam diam. Ia cengkram rok hitam selututnya sampai kusut. Sedangkan Kirana hanya mampu mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan.
Bara terdiam. Hanya menatap Wisnu dan Silvi secara bergantian. Saat menatap wajah putrinya yang sudah basah dengan air mata, Bara menyadari satu hal. Bahwa pertunangan ini memang menyakiti putrinya secara sepihak.
Maka setelah ia pertimbangkan semuanya matang-matang, ia ikuti semua keputusan Wisnu. Lelaki itu benar. Jika pertunangan ini dilanjutkan, maka hanya menyakiti Silvi lebih dalam.
Cinta yang Silvi berikan untuk Wisnu hanya sepihak. Sedangkan Wisnu sendiri sudah memiliki tambatan hatinya. Seorang wanita yang selama tiga tahun ini bersamanya.
"Jika ini keputusan terbaik, maka saya sebagai ayah, hanya bisa mengikuti keputusan putrinya. Tapi saya ingin yang terbaik untuk Silvi. Sayang, apa kamu siap melepas Wisnu?"
Silvi menelan salivanya dengan kasar. Jika pada akhirnya harus berakhir seperti ini, ia akan mengikuti semua keputusan Wisnu. Memang sampai kapan pun, ia tidak akan bisa menggantikan posisi wanita itu di hati Wisnu.
"Silvi siap, Pa. Ini bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan. Jika pernikahan ini dilandaskan atas tanpa dasar cinta, Silvi takut itu akan berimbas pada anak-anak Silvi di masa depan. Keputusan ini sudah benar."
Walau berat, walau pahit, Silvi akan menanggungnya sendiri.
Wisnu tersenyum teduh kepada Silvi. Tatapan mata lelaki itu mengartikan banyak hal. Silvi tahu, jika Wisnu sangat berterimakasih padanya.
Melihat lelaki itu bahagia, maka ia akan bahagia juga. Karena Silvi tahu, definisi dari mencitai bukan harus memiliki.
Selepas itu, Wisnu pergi dengan langkah berat. Ia juga menyadari tindakannya terlalu banyak menyakiti Silvi. Namun jika hubungan ini tetap berlanjut, itu hanya menyakiti Silvi lebih dalam.
Bara dan Kirana pergi, meninggalkan Silvi sendirian di halaman belakang. Mereka tahu, putrinya butuh waktu. Butuh waktu untuk menata kembali hatinya yang patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| GATA
Teen FictionGata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?" @aksara_salara #150821