□ Lembar 17

5.7K 873 109
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

"Seminggu lagi, hari ulang tahun Gata. Mama sama Papa inget nggak?" Gata tanya udara kosong di depan sana.

Saat ini, ia duduk sendiri di taman kota yang sepi di dini hari. Hanya ada ia, dan juga hewan malam yang tak berhenti bersahutan. Menciptakan bising panjang.

"Inget? Terus kalian pasti lagi sibuk bikin kejutan, kan?"

Lantas, ia terkekeh kecil.

"Kejutan apa, ya, kira-kira yang lagi kalian siapin? Aku nggak sabar."

Jemarinya saling meremat. Menggenggam dingin yang membekukan.

"Kalian udah siapin hadiah belum? Aku nggak minta apa-apa, kok. Aku cuma mau waktu Mama sama Papa buat lihat Gata."

Ia lantas meraih ponsel. Menghubungi nama seseorang.

Cukup lama, sampai panggilan ketiga sambungan telepon itu pada akhirnya terjawab.

"Halo, Cak? Lo tau nggak Mama sama Papa gue lagi siapin kejutan apa? Lo kan pinter, nggak kayak gue. Pasti lo tau, kan?"

Setelah bertanya demikian, tidak mengizinkan Cakra membuka suara, ia matikan kembali sambungan telepon itu.

Kemudian, ia tertawa lirih. "Cakra mana tau. Waktu itu aja gue tanya tentang Pak Trisna, dia nggak tau."

Hening. Ia diam. Kembali memandang langit yang pekat.

Beberapa menit kemudian, ia kembali meraih ponsel. Kali ini ingin menghubungi Alvarendra.

Sama seperti Cakra, Alvarendra baru menjawab panggilan setelah yang ketiga.

Suara serak cowok itu sudah terdengar lebih dulu, membuat Gata tertawa.

"Al, di sini sepi. Nggak ada yang bisa jawab pertanyaan gue."

Sambungan kembali mati. Kali ini bukan Gata yang mematikan, melainkan Alvarendra.

Gata buang kembali, sekali lagi, pandangannya pada langit malam.

Tanpa sadar, cairan bening itu menetes menuruni pipinya yang pucat. Hanya ada bekas memerah bekas tamparan Kirana tadi. Selebihnya, wajah itu benar-benar pucat.

Bahkan, bibirnya sudah membiru.

Gata tidak suka dingin.

Tapi selalu dingin yang ia temui.

Tidak ada seorang pun yang kini memeluknya.

Akan tetapi, beberapa detik kemudian, tubuhnya hangat. Tubuhnya mendapat pelukan.

Ia tolehkan kepala, melihat siapa yang baru saja memeluk tubuhnya. Ia sangka, itu adalah Alvarendra atau jika tidak Cakra.

Namun bukan keduanya.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang