❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃
"Kamu tau, apa yang sudah mantan istri kamu perbuat?"
Saat ini, Bayanaka sedang berhadapan dengan sang kakak, Nakula—ayah Alvarendra. Lelaki yang lebih tua menatap tajam, meminta jawaban.
Namun sikap Bayanaka masih acuh tak acuh. Bahkan terkesan tidak mempedulikan kehadiran Nakula sebagai kakaknya.
"Naka! Mas sedang bicara!" Akhirnya Nakula juga kehabisan kesabaran. Bayanaka yang dulu ia kenal, kini sudah berubah. Lelaki yang sedang berhadapan dengannya bukan lagi Bayanaka adik kecilnya yang dulu.
"Apalagi, sih, Mas? Mas mau aku jawab gimana? Itu hak Kirana mau apain Gata."
Kabar Gata yang mengalami luka-luka hari itu, sudah sampai ke telinga Nakula lewat pengaduan putranya. Ia benar-benar tak habis fikir dengan Kirana. Bisa setega itu memukul anak kandungnya sendiri.
"Kamu bahkan nggak khawatir, Ka?"
"Enggak. Gata sudah dewasa. Luka seperti itu nggak akan bikin dia mati, Mas."
Lagi, Nakula hanya mampu menelan salivanya dengan pahit. Ini bukan Bayanaka yang ia kenal.
"Atau, kamu bahkan pernah melakukan hal yang sama ke Gata? Iya, Ka?"
Bayanaka menghela napas. Ia taruh kembali tab yang semula menjadi fokusnya. "Iya. Lagian, ya, Mas, Gata itu laki-laki. Sesekali mendapat hukuman seperti ini itu demi kebaikan dia sendiri."
"Kebaikan dari mana kamu pikir? Memang selama ini kamu mendapat didikan keras dari mendiang Ayah?"
"Kita beda cara untuk mendidik anak, Mas."
"Tapi caramu salah, Ka. Anak nggak bisa dididik dengan keras. Gata pasti ketakutan dengan tindakan kamu dan Kirana yang seperti ini. Kamu melihat Gata sebagai Gata yang biasanya. Tapi kamu nggak tau, kan, bagaiamana dia sebenarnya?"
Bayanaka tetap acuh. Lelaki itu bahkan menunjukkan raut tak sukanya kepada Nakula. "Mas nggak perlu ikut campur sampai sejauh ini. Gata itu anak aku. Jadi aku tau bagaimana dia."
"Kamu nggak tau. Nggak akan pernah tau. Yang tau bagaimana Gata, adalah anak itu sendiri. Kamu atau pun Kirana nggak tau. Begitu juga Mas."
Nakula tak ingin menyerah. Ia ingin Bayanaka yang dulu kembali. Bayanaka dengan sosok hangatnya.
Namun, Bayanaka masih tetap keras kepala dengan ini semua. Ia bahkan meminta Nakula untuk tidak pernah membahas Gata.
Hari itu, Nakula pergi dengan sia-sia. Ia tidak mampu membawa Bayanaka seperti dulu.
Bayanaka telah menciptkan benteng kokoh yang sudah terlanjur tinggi. Hingga ia sendiri tidak mampu untuk meruntuhkan benteng itu.
Dalam setiap langkah Nakula, ia memikirkan bagaimana semua penjelasan Alvarendra semalam. Bagaimana semua luka Gata selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| GATA
Teen FictionGata tuturkan semuanya malam itu, di awal bulan Desember kala angin sedang bertiup kencang. "Butuh berapa banyak uang yang bisa aku kasih untuk beli waktu kalian?" @aksara_salara #150821