□ Lembar 18

6.2K 879 157
                                    

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃.✮:▹G A T A◃:✮.❃

"Gata sayang, kalau kamu mau nangis, sini nangis aja di bahu Mami."

Gata membolos kelas pelajaran Sejarah karena enggan mendengar teori yang akan membuatnya pusing. Ia lari ke kantin, bertemu Bunda Tika dan Mami Yani.

Saat ini, ia bersembunyi di dalam stan warung Mami Yani. Merebahkan tubuhnya di lantai, menggunakan paha wanita paruh baya itu sebagai bantalan.

Di sebelahnya, Bunda Tika turut menemani. Bahkan wanita itu sudah membuatkan wedang jahe untuk Gata. Supaya anak itu tetap merasa hangat.

"Hm? Kenapa Gata harus nangis? Gata nggak pa-pa kok."

"Jangan bohong sama Mami. Mami sama Bunda itu tau, kalau Gata lagi kenapa-napa. Nggak pa-pa, sayang, cerita aja sama kami. Gata mau apa?" Tangan Mami Yani tak henti mengusap surai hitam Gata.

Gata memejamkan mata. Menikmati bagaimana saat kedua wanita itu memanjakannya. Hanya di sini, di sini ia bisa merasakan hangatnya sosok ibu.

"Gata bingung mau nangis karena apa. Rasanya Gata udah nggak bisa nangis lagi, Mami."

"Kalau gitu, sekarang Gata mau apa?" tanya Bunda Tika. Suara wanita itu bergetar.

Gata raih tangan Bunda Tika, kemudian memberikan senyum terbaik yang ia punya. "Beberapa hari lagi Gata ulang tahun. Kalian pasti udah bosen sama ucapan Gata ini, kan?"

"Enggak. Kami nggak bosen." Mami Yani buru-buru menyahut.

"Mami sama Bunda jangan lupain ulang tahun Gata, ya? Cukup Mama sama Papa yang mungkin lupa. Kalian jangan."

Lantas, kedua wanita itu mengangguk secara bersamaan.

"Mami sama Bunda nggak akan lupa sayang. Nggak akan."

Dua sosok ini, yang bukan siapa-siapa bagi Gata, nyatanya adalah sosok yang paling enggan melihatnya terluka.

Gata berandai, jika kedua sosok ini adalah Mama. Jika kedua wanita yang siap memberinya pelukan dan kehangatan ini adalah Mama.

Maka ia pasti akan menjadi sosok yang paling bahagia. Yang akan memamerkan bagaimana baiknya sang Mama pada dunia.

Kemudian Gata bangkit. Ia merentangkan tangan. Meminta dua wanita itu untuk memeluknya secara bersamaan.

"Gata harap, Mama dan Bunda nggak lupa. Karena Gata nunggu banget momen ini, hehe."

"Tenang sayang, kami nggak lupa." ucapan Bunda Tika langsung disetujui oleh Mami Yani.

Mereka bertiga berpelukan. Sangat erat. Seolah tidak ada hari esok.

Ketika bel istirahat berdentang nyaring, Gata sudah meninggalkan kantin untuk merusuh di kelas. Ia katakan pada semua teman-temannya tentang hari ulang tahunnya.

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang