Chapter 17 Lucia

3K 579 17
                                    

Di dalam sebuah kastil tua yang telah di tinggalkan selama bertahun-tahun. Beberapa sosok hitam yang melayang-layang mengitari sebuah peti mati yang terbuat dari kayu hitam.

Dari peti kayu itu, tangan pucat dan kurus menjulur keluar dan memegang tepi peti mati itu.

Seorang wanita berambut kuning pucat dan kulit pucat seperti mayat bergerak keluar dari dalam peti. Sosok-sosok hitam yang melayang itu adalah roh yang tidak bisa berenkarnasi dan memilih menjadi budak iblis.

Wanita yang keluar dari peti mati itu, tidak lain adalah Lucia. Lucia merasakan tubuhnya ini tidak sempurna dan jejak kebencian di matanya membuat suhu ruangan menjadi berat.

"Mana tubuh yang ku minta kalian bawakan?" tanyanya pada para pengikutnya itu.

Para roh itu tidak bisa berbicara, apalagi menjawabnya. Tubuh mereka gemetar dan berusaha menahan tekanan tuan mereka.

"Dasar tidak berguna!" Penghinaan di mata Lucia membuat para roh gemetar lebih kuat.

Lucia berjalan ke arah sebuah kaca besar dalam ruangan itu. Kaca itu seakan hidup dan perlahan menampilkan situasi Keluarga Adolfo.

Duke dan Aiden yang kini sibuk melawan para iblis dan roh jahat, mulai kewalahan. Walaupun, perang awalnya di akhiri oleh kematiannya dan naiknya Cenora ke atas langit. Tetapi, dia sudah menyimpan sisa jiwanya di kasti ini, jadi dia masih bisa tetap hidup.

Sayangnya, dirinya tidak sempurna dan membutuhkan tubuh seorang gadis manusia bernama Seniya. Tetapi, para bawahannya gagal membawa gadis itu padanya.

Sekarang dia berencana menghancurkan keluarga Adolfo terlebih dahulu. Kali ini, para Dewa dan Dewi di langit atas, tidak bisa ikut campur. Dewa Helios dengan bodohnya membuat pembatas yang melarang para penghuni atas turun ke bawah lagi, Dunia manusia.

Kali ini pati dia sudah bisa mendapatkan semua hal yang dia inginkan.

"Beritahu pada yang lain, buat semua kesatria itu kehabisan tenaga." Perintahnya dan para roh itu langsung terbang dan menyebar ke udara.

Senyum sinis muncul di wajah menakutkan dan pucat perempuan itu. "Kali ini...Cenora, Kau hanya perlu menonton diriku menghancutkan keluarga mu itu."

Lucia mengulurkan tangannya dan mengirisnya. Bukan darah merah yang keluar, tapi darah hitam yang perlahan jatuh dan menyentuh lingkaran sihir di lantai.

Lingkaran itu bercahaya merah dan menjadi sangat terang. Tekanan kuat langsung menghantam seluruh sisi kastil.

Lubang hitam muncul dari lingkaran itu, perlahan sosok berjubah hitam keluar. Wajahnya di penuhi simbol aneh dan tanduk di kepalanya cukup menakutkan.

Lucia membungkuk dan menunduk hormat pada sosok itu.
"Tuanku sang pemilik kegelapan. Hamba yang rendah ini memanggil anda datang,Tuan Belian."

Iblis Belian adalah jenis iblis tingkat tinggi yang menghuni neraka. Iblis itu sangat kejam dan haus akan darah, sekali memanggilnya datang. Harus menyiapkan banyak darah dan korban untuk dia ambil.

Belian melirik wanita pucat di bawahnya. Perlahan dia turun dan berdiri di hadapanya. Penampilan Belian mirip seperti manusia, hanya saja simbol dan tanduk di tubuhnya yang membuatnya jelas bukan manusia.

Belian mengulurkan tangannya dan menarik tubuh Lucia ke dekatnya.

[Manusia...tidak, kau jelas bukan manusia lagi.] Belian berkata dengan suara serak dan berat.

Lucia tersenyum lebar,lalu dia menjawab, "Hamba adalah pengikutmu, Tuanku."

Belian mendekatkan wajahnya ke wajah Lucia. Saat mata iblis itu bertemu dengan matanya, Lucia kaget. Sebelum dia bergerak, Belian sudah lebih dulu mencium bibirnya dengan kasar. Bahkan, Iblis itu mengigit bibir Lucia hingga berdarah, ciuman mereka berbau amis darah.

"Ugh...Tuan...ungh...hentikan...." Lucia mulai kehilangan tenaganya dan perlahan dia mulai mengikuti aksi Belian.

Belian tersenyum penuh kemenangan, dia menunduk dan menggendong Lucia. Belian berjalan dan membawa Lucia ke arah kasur yang ada dalam ruangan itu. Meletakkan wanita itu ke kasur, Belian kembali melumat bibir Lucia dan menjadi semakin liar dan ganas. Lucia hanya bisa merintih dan mengeluh, bahkan dia mendesah cukup keras yang membuat keduanya semakin terjerat.

***

"Ayahanda!" Sosok pria yang pakaiannya sudah basah oleh darah dan luka, berlari mendekati seorang pria baya.

Aiden membantu ayahnya untuk duduk. Pihak mereka sudah lelah dan tidak berdaya. Perang yang tidak bisa di tebak, tiba-tiba datang. Pihak mereka tidak siap, dan lagi sosok Leo yang sudah tidak ada melemahkan pertahanan mereka.

Duke Alexander bersandar di sebuah pohon, tubuhnya penuh luka. Di sekeliling mereka sudah di penuhi banyak mayat dan bau amis darah. Lawan berasa dari makhluk yang berbeda, Iblis dan roh jahat.

Aiden mengeluarkan cairan penyembuhan yang disiapkan Eros untuk mereka. Dia memberikannya pada Duke Alexander.

Pria itu meminumnya, dia perlahan merasakan energinya kembali secara perlahan. Walu begitu pihak mereka sangat kelelahan dan tenaga mereka sudah terkuras habis. 

Mereka sudah tidak bisa menggunakan hewan kontrak mereka karena kekuatan sihir mereka sudah habis. Jadi, saat ini Duke dan Aiden mulai putus asa.

Apalagi laporan bahwa musuh tidak berkurang, malah semakin banyak dan menjadi liar. Aiden bersiap membantu regu lainnya, tapi saat dia berdiri, tubuhnya ambruk dan jatuh ke tanah.

"Aiden!" Duke buru-buru membantu putranya baring dengan baik.

"Duke Alex..." Sosok berjubah putih khas penyihir menara tiba-tiba datang. Rambut putihnya berkilau di bawah cahaya bulan, matanya yang biru gelap mengandung banyak misteri dan rahasia.

"Eros, kenapa kau datang ke sisi sini? Bagaimana dengan sisi bagian selatan?"

Eros mengerikan keningnya dan tidak menjawab. Duke yang melihatnya, langsung paham dan juga memilih diam.

Eros berjalan dan mendekati Aiden. Dia mengulurkan kedua tangannya dan mulai menyalurkan kekuatan penyembuhannya ke dalam tubuh Aiden.

"Bagaimana dengan Kapten Reynard?" tanya Eros tiba-tiba.

"Belum ada kabar dari sisi timur." Duke menjawab dengan suara serak dan lelah.

"Pihak kerajaan dan Raja Lexus sudah berhasil mendorong musuh dari sisi utara," Salah seorang kesatria datang dan menyampaikan informasi itu.

Duke Alex dan Eros saling bertukar pandang, keduanya kompak menghelan nafas lega. "Setidaknya sisi Raja baik-baik saja."

Eros mengangguk dan menarik kembali tangannya dari tubuh Aiden. "Apa ada kabar dari Tuan Leo?"

Tubuh Duke membeku di sana. Sejak satu abad berlalu, Leo menghilang dan kabarnya tidak pernah terdengar lagi. Duke langsung memperkirakan bahwa anaknya itu, pasti sedang bersembunyi atau pergi ke suatu tempat untuk merelakan kepergian Cenora waktu itu.

"Tidak ada kabar satupun darinya."

Eros mengangguk paham. Orang yang paling peka dan sensitif dalam keluarga ini bukanlah Duke Alex, tapi Leo Alexander Adolfo. Leo sangat menyukai sosok gadis itu dan pasti kepergiannya sangat berat bagi pihak Leo sendiri.

"Semoga saja dia baik-baik saja dan akan segera pulang kembali."

Duke mengangguk. "Semoga saja."



Bersambung..

Please: Remember Me [SELESAI]✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang