Chapter 31 YURIN & YUREN

1.6K 354 9
                                    

Jam 10 siang tepat saat keduanya berjalan keluar dari mansion mewah milik Leo. Keduanya memasuki sebuah mobil mewah yang terparkir di depan.

"Apa kita harus pergi?" tanya Leo dengan bibir monyongnya.

Seniya mengabaikan ekspresi tidak suka dan kesal pria itu. Dia memeriksa beberapa tas dan pakaian bermerek di ponselnya. Dia berencana mengunjungi ibu dan adik-adiknya.

"Istri."

"Hmm?" jawab Seniya asal.

"Sayang."

"Hmm?"

Leo yang mendapatkan jawaban asal lagi, menjadi lebih kesal. Dia menarik paksa ponsel ditangan Seniya dan membuangnya ke samping.

"Jangan abaikan aku!" ucapnya dengan wajah cemberut.

Pada akhirnya Seniya mengalah dan berbalik menatap wajah kesal pria itu. "Marah?"

"Aku marah," jawab Leo dengan polosnya.

"Kenapa marah?"

"Karena kamu mengabaikanku! Bukankah lebih baik kita dirumah saja dan membuat bayi lucu saja," ujar Leo dengan tatapan membara ke arah perempuan didekatnya.

Leo sebenarnya tidak suka keluae dari kamar dan rumah mereka. Dia lebih suka jika dirinya dan istrinya hanya memiliki kehidupan bersama saja. Tapi, Istrinya malah meminta menjenguk keluarganya. Dia ingin menolak, tapi diancam tidur dengan guling malam ini, dia akhirnya setuju dengan tidak ikhlas.

Mereka baru menikah kemarin dan sekarang harus meninggalkan rumah secepat ini, Leo pribadi sangat marah. Tapi memikirkan bahwa Istrinya masih memiliki keluarga dan juga keluarganya sekarang, ia mau ikut.

"Sayang~~" panggil pria itu dengan nada genit.

"A-Apa?"

Leo mengurung tubuh Seniya dalam lengannya. Dia mendekatkan wajah tampannya dan langsung menanam ciuman lembut di bibir ranum istrinya.

Cup!

"Kamu sangat cantik."

Cup!

"Hidupmu hanya bisa bersama denganku."

Cup!

"Aku akan selamanya mencintaimu."

Seniya buru-buru mengulurkan tangannya untuk menahan perilaku nakal suaminya itu.
"Jangan berperilaku sembarangan. Ada orang lain disini."

Keduanya melihat ke depan, sopir yang sedaritadi menyembunyikan kehadirannya. Merasakan keringat dingin karena sebuah tatapan tajam di kursi belakang.

"Jangan ganggu pak Sopir," ujar Seniya karena tatapan dingin pria itu. Bisa-bisa sopir tidak fokus dan mereka akan kecelakaan karena ulah pria ini.

Leo menyipitkan matanya dan dia masih dalam posisi memeluk dengan kuat. "Dia melihatmu. Aku ingin mengcongkel matanya saja."

'Iblis kejam' batin Seniya dan sopir kompak.

Seniya mengambil sebuah permen dan memakannya. Dia menarik kepala pria itu dan memasukkan gula yang dia makan ke mulut pihak lain.

"Manis." Ucapnya dengan ekspresi licik.

Leo membelalakkan matanya dengan kaget. Jarang sekali bahwa perempuan ini yang mengambil inisiatif. Kebahagian terlihat jelas dibalik mata pria itu.

"Sayang...masih mau!" Serunya dan menunjuk bibirnya.

Tak!

"Tidak tahu malu!" Pekik Seniya kesal. Dia sekali lagi menjitak kening pria itu.

Sebagai pihak yang menjadi korban disini, Leo tidak marah. Ia malah dengan manja bersandar dibahu Seniya dan memejamkan matanya. Dia terlihat tertidur, tapi bibirnya membentuk senyum yang sangat jelas.

Please: Remember Me [SELESAI]✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang