Ilusión 16

851 109 4
                                    

"Numegard.."

"Kau membawaku kembali ke Numegard.."

Sepasang mata steel blue memandang acuh, tanpa menjawab apapun ia melambaikan tangannya. Memberi tanda pada penjaga untuk membawa orang tua yang dulu dikenal sebagai the great untuk masuk kedalam penjara.

"Aku telah membuat semuanya mudah untukmu. Itu rasa hormat terakhirku." Tanpa mendengar jawaban, Ivory berbalik dan langsung berapparatte pergi.

Adapun apa yang akan terjadi nanti dimasa depan, itu pilihanmu..

--

Illusión
By : Racquel
Drarry Fanfiction

Harry Potter © J.K Rowling
Illusión © Racquel

BL, Yaoi, Typo(s), Gaje, M-Preg, dll.
DON'T LIKE, DON'T READ!!

--

"Disana!"

"Jangan sampai lolos. Kejar!"

Cih.

Giginya bergemeletuk saat ia kembali berlari dari sekumpulan penyihir berjubah merah yang mengejarnya.

"Arlo Archilles. Atas nama sang Oracle, aku memberimu kesempatan. Berhenti atau kami akan lakukan pemaksaan." Teriak salah seorang penyihir.

"Oracle katanya.. Bermimpi!" Dengus Arlo dingin, tanpa memperdulikan para penyihir di belakangnya, ia langsung berapparatte.

Tepat sebelum tubuh Arlo menghilang, sepasang tangan kecil memeluk tubuhnya.

"Bloody Hell! Apa kau gila?!" Raung Arlo saat ia mendarat di sebuah hutan pada seseorang yang memeluk tangannya.

"Sigillum ligamen..."

Melompat, Arlo berhasil menghindari dari mantra pengikat yang dilontarkan sang empu yang memeluknya.

" Clausum spatium."

Arlo berdecih, lelaki itu kemudian menghilang lalu muncul dibelakang orang itu.

"Kau menantang kesabaranku, Lovegood." Ucapnya dingin.

Besi tajam memotong udara, dengan lihai Luna menunduk lalu menyikut perut Arlo, membuat lelaki tersebut terdorong mundur.

"Keh.. Tidak kusangka kau bisa melakukan itu, dengan lengan tak seberapa itu.."

"Terima kasih.." Balas Luna tersenyum lembut.

Arlo melotot, "Aku tidak memujimu!" Dengan itu kilatan mantra saling bersahutan, tidak ada yang mau mengalah.

Arlo berdecih, ia menghindari salah satu mantra lalu melompat kebelakang.

"Sepertinya kau melupakan kalau aku penguasa waktu, Luna."

Ctak!

Dengan satu jentikan jari, waktu disekitar mereka terhenti, termasuk gerakan Luna yang tiba-tiba tertahan. Gadis itu memiringkan kepala, terlihat berpikir.

"Sejak dulu, kau benar-benar mengganggu mataku." Ucap Arlo penuh dendam, matanya berkilat dengan aura membunuh.

Menatap sayu, Luna berbisik pelan, "Dan aku penguasa takdir. Semua gerakanmu.. Tidak bisa lepas dari penglihatanku, Arlo."

"Avada-- what the..." 

Bulu kuduk di leher terasa berdiri, alarm bahaya berdering di kepala lelaki itu. Sebelum ia sempat bereaksi, sebuah suara lembut terdengar di telinganya.

IlusiónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang