Hahaha..
Corpii..
Ragel mengusap keringat didahinya, tersenyum kecil saat melihat bocah kembar saling berkejaran dihalaman.
"Sudah ada kabar dari si kembar?" Tanya sebuah suara bernada halus. Ragel menggelengkan kepala, meletakkan tanaman herbal dikeranjang.
Dia menoleh dan memberikan senyum pasrah pada Remus yang bersender di gazebo, disebelahnya Sirius sibuk melambaikan tongkat, menerbangkan mainan yang dikejar oleh bocah kembar.
"Sudah tiga tahun, kedua bocah itu masih belum kembali. Tsk." Decih Evan tiba-tiba, entah muncul dari mana.
"Bagaimana keadaan diluar, Evan?" Tanya Ragel pelan. Maklum, dia terjebak di Iania selama 3 tahun dan tidak diperbolehkan keluar oleh Evan.
Evan menguap dan bersender di tiang gazebo, "Draco menjadi tenang setelah di hukum Tom karena mengacaukan Inggris, Gellert menjadi tangan kanan Tom dalam urusan pada death eaters, dan Lucius... Seperti biasa, masih menjabat di kementrian. Selebihnya tidak ada yang menarik."
"Padfoot, kau bisa terhubung dengan Grimmauld Place?" Sirius sedikit menoleh, memandang kekasihnya.
"Masih, kenapa moony?"
"Apa pihak light masih mencoba masuk?"
Sirius sedikit menyipitkan matanya, mencoba mengingat.
"Tidak. Kecuali si kembar Weasley yang sering tidur disana. Kenapa moony?" Tanya Sirius penasaran. Ragel dan Evan juga memandangnya tertarik.
Remus berguman kecil sambil menopang dagu, "Severus memberitahuku. Ada beberapa pergerakan aneh, sehingga beberapa kali ia harus bersembunyi."
"Pergerakan aneh?" Tanya Ragel bingung.
"Ya, beberapa orang bertopeng merak dan berjubah hijau lumut terkadang sering terlihat disekitar pergerakannya. Terkadang juga benang merah tipis hampir transparan mencoba mengikatnya. Kami tebak, Severus sedang diawasi."
"Jadi itukah sebab, uncle Sev sering menitip ramuan melalui kembar Weasley?"
AARRGH!
"Dan-daniel... Sejak kapan kamu..." Ragel megap-megap karena terkejut dan melotot pada Harry yang terlihat bingung.
"Jantungku.. Rasanya aku mampu berubah botak seperti kepala Voldemort.." Keluh Evan meremas dadanya kaget.
Harry menggaruk pipinya bingung melihat reaksi ayah, ayah baptis, kekasih ayah baptis, dan pamannya. Remus berwajah pucat dan terbaring lemas di paha Sirius yang mengungkapkan wajah suram. Ia mematahkan tongkat mainannya, syukur bukan tongkat asli.
"Kami sedang bicara serius disini, cub. Tidak bisakah kau bersuara tiap datang?" Suara lemah Remus membuat Harry nyengir.
"Maafkan aku, dad, uncle, moony, padfoot.. Aku datang bersuara kok, ini aku bawa mortar dan claudron. Kan kalau ditenteng, mortarnya bakal gulung-gulung didalam claudron. Pasti bunyi kan.." Balas Harry polos. Yang lain hanya bisa pasrah, mau ditimpuk kok sayang.
"Moommmyyyy"
Harry menoleh, meletakkan claudron berisi mortar didekat kaki gazebo dan berbalik. Ia merentangkan kedua tangannya, menunggu kedua bocah gembul yang berlari kearahnya dengan semangat.
"Ahahaha, kalian bersenang-senang? Lihat, pakaian kalian sampai kotor begini." Ucap Harry sambil menggelitiki perut dua bocah.
Mendengar kikikan dari kedua bocah itu membuat hati Harry menghangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusión
Fanfiction[Book 2 of Pandora] Pencarian Draco terhadap Harry, membuatnya harus berkeliling berbagai tempat. Memburu Archilles bersaudara untuk menjadi kuat. Membungkukkan tubuh demi sang kekasih. "Lelucon." Ilusi sang naga penjaga bulu emas terpatahkan, Ivo...