***
Every part of my body is screaming how deep i miss him.
***
"Kembalikan siapa?" Tanya Ivory acuh.
Draco menunduk, menatap karpet berbulu lembut dibawah kakinya.
"Arlo mengajariku banyak hal. Bagaimana membuatku menjadi seorang Sage, berkomunikasi dengan koneksi mate, dan mengawasi dengan magic bond. Itu seperti sebuah permainan. Aku tidak tau apa yang direncanakannya, tapi aku menuruti semua ajarannya. Lalu aku berpikir, kenapa. Semakin aku kuat, semakin aku menjauh dari kekasihku. Semakin aku akan gila!"
Ivory menatap datar pada remaja didepannya. Sedikit iba pada sosok Draco yang kini meremat kepalanya frustasi, seakan benar-benar mencoba yang terbaik untuk membuatnya sadar ditengah godaan kegilaan.
Bungsu Archilles itu menghela nafas.
"Arlo menggunakanmu untuk melawanku." Ucap Ivory tiba-tiba sambil memandang jendela.
Draco mendongak, menatap bingung.
Maksudnya?
"Kenapa aku harus mengembalikannya padamu, jika kamu bisa mengambilnya sendiri."
"Maksudmu.." Suara Draco bergetar, tercekat penuh harapan.
"Albus sudah tertangkap. Harry bukan lagi urusanku, hubungan kalian bahkan tidak penting dimataku. Ambil dia sendiri." Jelas Ivory enggan, sedikit jijik pada IQ pewaris Malfoy itu yang akan selalu jongkok setiap berkaitan dengan kekasihnya.
"Aku.. Harry.. Dimana.. Dimana dia. " Suaranya penuh antisipasi, tangannya mencengkram lengan kursi erat. Menahan kegembiraan dihatinya.
Ivory menutup matanya, jarinya mengetuk diatas lutut.
Suasana hening sejenak, menguji kesabaran Draco untuk tidak menggoncang tubuh gadis Archilles itu.
"Seharusnya.. Kamu akan mendapat kabar baik, tiga hari lagi." Ucap Ivory sambil membuka mata. Sepasang mata indahnya sedikit berkabut sebelum kembali seperti biasa.
"Apa kau seer?" Tanya Draco bingung.
Ivory memandang Draco sejenak, lalu melambaikan tangannya dengan gerakan mengusir.
"Aku mantan oracle. Sekarang keluar, aku lelah."
Blam.
Draco jatuh terduduk dengan lemah didepan pintu. Tangannya bergetar, hatinya melonjak dengan penuh kesenangan.
Ia bahkan tidak sadar kalau ia sudah secara linglung kembali kekamarnya.
"Harry... Harry... Akhirnya.. Harry.."
Draco menutup wajahnya dengan tangan, berbisik berulang kali memanggil nama yang selalu ia rindukan, tertawa, menangis. Ia membungkuk seperti bola dengan tubuh bergetar.
Seluruh tubuhnya menjerit, betapa dalam ia merindukan sang pemilik hatinya.
Hanya hembusan angin yang menjadi saksi, atas semua siksaan yang ia rasakan dalam batinnya akhirnya perlahan-lahan lenyap.
Diam-diam, seekor ular besar menyelinap pergi tanpa suara kedalam sisi gelap dinding.
.::Massterr...::.
Tom menoleh, mengulurkan tangan kebawah, membiarkan ular kesayangannya merambat naik.
.::Bagai.. Mana?::. Tanya Tom sambil mengelus puncak kepala Nagini.
.::Ivvorryy, membiarkann bocah itu mengammbill kekassihhnyaa..::. Jawab Nagini dengan nyaman diatas telapak tangan tuannya.
Tom ber-hum. Ia menyeringai lalu mengambil perkamen. Dengan acuh menulis sesuatu dan melipatnya kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusión
Fanfiction[Book 2 of Pandora] Pencarian Draco terhadap Harry, membuatnya harus berkeliling berbagai tempat. Memburu Archilles bersaudara untuk menjadi kuat. Membungkukkan tubuh demi sang kekasih. "Lelucon." Ilusi sang naga penjaga bulu emas terpatahkan, Ivo...