Ilusión 1

3.3K 349 36
                                    

Archilles Castle, Norwegia

"APA?!"

Seluruh penghuni kastil terdiam. Teriakan menggelegar penuh kemarahan dari saudari kembar Arlo itu membuat para pelayan, peri rumah, maupun squib dikastil mengkerut takut.

Didalam perpustakaan megah Archilles, terlihat enam sosok. Evan memijat keningnya tak percaya di atas podium sebelah rak buku kecil. Kirke menghela nafas didekat perapian. Harry duduk bersimpuh dibawah tangga menuju lantai dua perpustakaan dengan Ivory berdiri dua tangga diatasnya. Arlo dan Luna duduk disofa dekat tangga. Yang terakhir menatap cemas kearah Ivory dan Harry.

"Kapan itu terjadi?" Tanya gadis berambut perak itu dengan nada tercekat.

"S-saat.. Acara yule ball selesai." Jawab Harry gemetaran.

"Sudah berapa bulan?"

"Tiga.. Tiga bulan.."

"Dan kau berani menyembunyikan ini dariku..?"

"Ma-maafkan aku.."

"Heh.." Gadis itu mendengus, ia mencengkram pagar tangga erat.

"Maaf? Maaf katamu?

Harry terdiam, seluruh ruangan terdiam, tegang menunggu apa yang akan terjadi.

"Ma-maafkan..."

"AKU TIDAK BUTUH MAAFMU! APA KAU GILA?! KAU TAU APA YANG AKAN TERJADI?! GUNAKAN OTAKMU, BISA KAU BAYANGKAN APA YANG AKAN TERJADI?" Raung Ivory pada remaja dibawahnya itu.

Harry tersentak, air matanya mengalir. Dengan pelan meremas perutnya yang masih terlihat datar.

"JAWAB AKU?! APA PERINGATANKU TIDAK BERGUNA UNTUKMU?!"

Disebelah mereka, Arlo menghela nafas. Dibalik raut wajah murka Ivory, terlukis raut wajah pucat karena khawatir dan frustasi. Mata gadis itu memerah, Arlo yakin jika Ivory berkedip air matanya akan tumpah. Tidak ada yang mengenal saudarinya sebaik dirinya, sekalipun itu gadis Lovegood disebelahnya.

Tidak tahan dengan teriakan frustasi gadisnya, Arlo berjalan mendekat.

"Sudahlah Ivo.."

"DIAM!! Aku. Tidak. b
Bicara. Padamu!" Ucap Ivory dengan penekanan disetiap katanya.

"Hiks.. Maafkan aku.."

Ivory kembali menoleh pada Harry, terganggu karena ucapan maaf yang terus-menerus keluar dari remaja itu. Mata steel blue itu berkilat, bibirnya menipis emosi, ia berjalan turun tangga dengan cepat. Tangannya terangkat, dan..

PLAK!!

"Tenanglah.. Kembali kekamar, hm? Ayo, biarkan Luna mengantarmu.." Ucap Arlo lembut, panas dipipinya tidak ia rasakan saat melihat saudarinya diambang batas.

Gadis itu bergeming, mendengus dan dengan cepat berbalik. Langkahnya terhentak, suara ketukan sepatunya menggema diseluruh kastil. Luna langsung berlari mengejar, sedikit menganggukkan kepala pada Arlo.

Arlo menoleh, tersenyum hangat pada remaja dibelakangnya yang menangis sesenggukan sambil melindungi perutnya.

"Jangan pikirkan sikapnya. Dia seperti itu karena khawatir padamu.. Ayo, aku akan mengantarmu kekamar.. Sshh, jangan menangis lagi."

"Maafkan aku.. Sungguh maafkan aku.."

Arlo membantu Harry untuk berdiri, ia menghapus air mata remaja itu dengan saputangannya.

"Uncle, madam, aku mengantar Harry dulu."

Evan melambaikan tangannya, ia sakit kepala. Sesayang apapun ia pada Harry, kali ini ia tidak dapat membantu. Harry bertindak terlalu jauh kali ini, jika bukan karena Ivory. Mungkin Evan sendiri yang akan menghukumnya dengan mengasingkan Harry ke dunia muggle.

IlusiónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang