Chapter sebelumnya :
Draco memandang wajah kekasihnya yang masih terlihat lugu, imut, dan mempesona itu.Draco sekali lagi mencium wajah Harry ringan sebelum menghilang dalam udara tipis.
Sumpahku tidak pernah berubah, luv. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.
***
"Santai sekali."
"Bonekamu terbakar. Aku menemukannya hangus dibalik rak buku kamar Draco."
Ivory mendengus, duduk didepan Tom yang masih menyesap teh nya pelan. Memijat pangkal hidungnya.
"Aku tidak tau apa yang direncanakan Arlo, ini benar-benar membuatku kesal. Aku tidak menyangka hasilnya akan seperti ini karena ulahnya." Desah Ivory lelah.
Tom tertawa kecil, ia meletakkan cangkirnya dan mengetuk lengan kursi dengan jari.
Benar, rencana awal mereka tidak sampai memisahkan mereka berdua (Draco dan Harry) selama ini. Tapi tiba-tiba kehamilan Harry, Ivory yang terkunci di ruang waktu, hilangnya Neville dan Luna, ini seperti jebakan. Dendam apa sebenarnya pewaris pertama Archilles itu.
Tapi, lucu juga melihat Draco menggila seperti itu.
Tom memutuskan untuk terus mengawasi.
"Bagaimana Gellert?" Tanya Ivory malas.
"Dia sibuk terus berperang dengan kementrian, juga berlari kesana kemari mencari keberadaan Albus."
Ivory mengangguk, lalu menghela nafas.
"Hukuman Albus akan segera berakhir. Aku akan membawanya ke Numegard untuk memulihkan diri, dia tak lebih dari seorang squib sekarang."
"Gellert tidak akan menyangka itu."
"Aku suka membuat kejutan."
Steel blue dan ruby saling berpandangan, mereka berdua tersenyum tipis satu sama lain.
Bruk.
"Aduh!"
"Kau tidak apa-apa?"
Mereka berdua menoleh, menatap heran pada sosok yang saling tumpang tindih dilantai dekat perapian.
"Bagaimana perjalanannya Mr. Zabini?" Tanya Tom sambil bertopang dagu, membuat dua sosok dilantai terlonjak kaget.
"M-my lord.." Sapa Theo terbata dengan rona tipis diwajahnya, ia segera melompat berdiri dan menunduk gugup.
Blaise mengusap pinggangnya yang terpentok lantai dengan keras.
"Para auror itu menggila. Mereka membabi buta menyerang kami hanya untuk menanyakan keberadaan Dumb-dore itu." Jawab Blaise sambil berdiri.
Mata hitamnya menatap tajam sosok Ivory yang duduk santai disofa sebelah dark lord itu.
"Apa liat-liat? Minta dicolok matanya?" Ketus Ivory risih karena tatapan pewaris Zabini itu. Emosinya sedang diubun-ubun.
Blaise hanya melengos tanpa menjawab. Ia bersender pada tubuh Theo, menunggu jawaban dark lord.
"Kalian boleh pergi." Ucap Tom acuh.
Blaise dan Theo mengangguk singkat dan berjalan pergi dari ruang kerja dark lord. Theo sedikit mencuri pandang pada sosok Ivory, yang langsung dibalas dengusan dari gadis itu, membuatnya buru-buru berlari keluar.
--
Draco mengangkat sebelah alisnya heran.
"Kalian kembali? Cepat sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusión
Fanfiction[Book 2 of Pandora] Pencarian Draco terhadap Harry, membuatnya harus berkeliling berbagai tempat. Memburu Archilles bersaudara untuk menjadi kuat. Membungkukkan tubuh demi sang kekasih. "Lelucon." Ilusi sang naga penjaga bulu emas terpatahkan, Ivo...