Ilusión 4

2K 231 24
                                    

"Hahahaha, aku muak! Aku pergi! Aku bukan budakmu yang harus selalu diperintah olehmu! Aku juga ingin mencari keberadaan kekasihku!"

"Pansy.."

Pansy mendengus, matanya memerah, ia berbalik membuat ujung gaunnya berkibar angkuh. Meninggalkan sahabat-sahabatnya yang ditahan oleh sahabat pirangnya.

Dirinya kecewa terhadap sahabat pirangnya. Draco boleh saja terpukul dan marah terhadap kepergian Harry atau karena duelnya dengan Arlo, tapi apa sepantasnya Draco membuat sahabat-sahabatnya bekerja seperti budak?! Menyuruh mereka kesana kemari mencari petunjuk, mengamuk jika mereka gagal, memangnya dia pikir siapa dia? Raja? Menggelikan.

Sementara itu, Daphne memijat kepalanya lelah disofa. Sakit kepala antara tingkah kekanakan Draco ataupun sifat tempramen Pansy.

Theo sudah ikut berlari pergi, ber-apparatte diikuti oleh Blaise yang khawatir. Meninggalkan Draco dan Daphne yang duduk bersebrangan.

"Kau kerasukan apa, Dray? Semua masalah ini membuatku merasa cepat tua." Ucap Daphne kesal, mata birunya mendelik menatap pemuda blonde didepannya.

Draco menundukkan kepala, menolak menjawab.

"Sekarang apa maumu? Aku akan meninggalkanmu sendiri, pikirkan baik-baik Dray. Jangan buat aku ikut pergi." Daphne berdiri, menatap sosok Draco yang tertunduk lemah sekali lagi sebelum menghembuskan nafas, ia menggelengkan kepala lalu melangkah anggun. Meninggalkan Draco sendiri.

Blam..

Suara pintu ganda yang tertutup bagai lonceng kesadaran Draco. Ia mengepalkan tangannya, hatinya berdenyut saat mengingat kelompok mereka yang terpecah. Karena keegoisannya.

Sejak ia kalah dari Arlo malam itu, ia menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mencari Harry atau Arlo secara menggila. Sedangkan ia sibuk menghancurkan hutan belakang Riddle Manor berulang kali. Tom bahkan harus menyegel kekuatannya dengan artefak kuno karena ia hampir lepas kendali.

Sebenarnya apa yang ia lakukan?

Bagaimana ia bisa menjadi segila itu?

Draco meremas rambutnya frustasi, merenungkan perlakuannya yang melenceng jauh dari sifatnya.

Sendiri.

Sepasang mata emas berpupil garis lurus bercahaya redup, lidah bercabang membaui udara. Nagini yang sedang bersantai diatas salah satu pilar tangga memutar tubuhnya, masuk kedalam lubang kecil disudut.

Berencana memberitahu Tom hal ini.

--

Tom mengerutkan kening, mendengarkan penjelasan nagini lalu nerenung. Severus, Ragel, dan kembar Archilles saling pandang lalu menatap Tom. Mereka berlima tengah berkumpul di ruangan tersembunyi dalam Riddle Manor untuk membahas rencana lebih lanjut.

"Ada apa?" Tanya Severus datar, mengalihkan perhatian Dark Lord tersebut.

"Draco sedang berulah." Jawab Tom malas, mata merahnya menyipit jengkel.

"Kembalikan saja dulu ke Malfoy Maor, ada Narcissa yang bisa menjaganya." Saran Ragel tiba-tiba.

Tom berpikir sejenak, telunjuknya mengetuk ujung meja dengan ringan.

"Kau akan mengantarnya Severus, katakan pada Lucius untuk menjaga Draco." Severus mengangguk dan berdiri, langkahnya yang pelan namun cepat membuat ujung jubahnya berkibar, menyatu dengan lingkungan gelap manor.

"Aku dan Ivory akan pergi untuk sementara. Uncle Ragel dan uncle Evan akan bergantian mengawasi Harry, kami akan kembali saat waktu melahirkan Harry semakin dekat." Arlo berucap santai saat sosok Severus menghilang dibalik bayangan. Menarik perhatian Tom.

IlusiónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang