"Tempat yang bagus untuk tahanan."
Hum?
Kepala pirang kusam menoleh, kilatan kebingungan melintas sebelum ia tersenyum tipis.
"Setiap kali kau datang, pasti ada sesuatu."
"Apa begitu?"
Kekehan lembut itu membuat telinga Luna gatal sejenak.
"Sir, apa Anda yang mengganggu penglihatanku?" Tanya Luna tenang.
Mata biru itu berfokus pada laki-laki tersenyum lembut yang kini duduk menopang dagu dijendela besar.
"Apa maksudmu?" Tanya pria itu tenang.
Luna menatapnya lalu menghela nafas.
"Apa Anda suruhan Arlo?"
Aura mendingin, senyum lelaki itu luntur dalam sekejap, mata merah berkilat.
"Pengkhianat itu? Menjijikkan sekali, oh aku terluka terhadap dugaanmu." Candanya acuh.
Lelaki itu melompat, berjalan perlahan mendekati Luna yang duduk tenang ditempat tidur.
Jemari berkuku hitam panjang terulur, membelai rambut pirang bergelombang.
"Aku datang atas kemauanku sendiri. Penglihatanmu adalah hal yang lain. Kekuatannya melemah, karena itu ramalanmu meleset jauh."
Lelaki itu berhenti sejenak, lalu menghela nafas.
"Itu adalah hukum tertua, setara dengan hukum mate." Lanjutnya pendek, menolak menjelaskan lebih jauh.
"Penantiannya tak lama lagi berakhir. Tapi setelahnya, pembalasannya datang lebih cepat dari yang kuduga." Guman lelaki itu membuat Luna memiringkan kepalanya bingung.
Melihatnya, lelaki itu terkekeh.
"Tidak apa-apa, peranmu bukan saat ini. Masih ada beberapa scene lagi yang harus dilakukan."
Lelaki itu berdiri setelah mengecup singkat pipi Luna.
"Aku akan menemuimu lagi, sampai jumpa."
Brakk !!
Luna menoleh dengan cepat, ujung matanya melirik, dalam hati kagum akan kecepatan lelaki itu untuk menghilang.
"Ada apa, Draco?"
Pewaris Malfoy itu berjalan masuk, ujung matanya memerah.
"Bagaimana menembus rune pelindung bangsa peri?"
Luna berkedip polos, "Rune pelindung?"
Draco duduk disebelah Luna, mengusap wajahnya dan menghembuskan nafas. Mencoba tenang.
"Daphne memberitahuku. Dua hari yang lalu ia menemukan Harry, didanau besar bangsa peri pada bulan purnama. Bagaimana aku sampai kesana, Luna?"
Sepasang saphire berkabut sejenak sebelum Luna berkedip beberapa kali dan menggelengkan kepala pelan, sayangnya perilaku ini tidak diperhatikan oleh Draco yang masih mengusap-usap pelipisnya.
"Seharusnya.. Kau sudah bertemu Ivory bukan?"
Draco mendongak, menatap senyum sendu gadis itu. Menelan ludah, Draco mengangguk lelah.
"Bagaimana jika kau datang ketempat Ms. Grenggrass? Ivory bisa mengajarimu mantra teleportasi jarak jauh, tidak ada akses bagiku untuk kesana. Jelas, aku juga belum pernah kesana." Jelas Luna tersenyum tipis, matanya melembut saat membalas tatapan Draco.
"Ada beberapa hal yang mengganggu penglihatanku, Draco. Aku hanya bisa membantumu dengan berada disini."
Draco menghela nafas, tangannya terulur untuk mengelus rambut bergelombang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusión
Fanfiction[Book 2 of Pandora] Pencarian Draco terhadap Harry, membuatnya harus berkeliling berbagai tempat. Memburu Archilles bersaudara untuk menjadi kuat. Membungkukkan tubuh demi sang kekasih. "Lelucon." Ilusi sang naga penjaga bulu emas terpatahkan, Ivo...