Sejeong mengerjapkan matanya. Ia sedikit menggeliatkan tubuhnya yang linu, Sejeong mengucek matanya ia melihat ruangan yang tidak dikenalinya. Ruangan itu dengan nuansa putih ia bangun dari tidur nya Sejeong mencerna fikirannya. Saat hujan deras kemarin ia berlari hingga tubuhnya tak mampu lagi bertahan dan setelah itu dia tidak sadarkan diri.
Sejeong meyakini saat ini dia sedang ada dirumah seseorang. Namun entah siapa yang menolongnya Sejeong tidak mengetahuinya yang jelas dia benar-benar tidak mengenali tempat ini.
Sejeong melihat baju yang ia kenakan. Baju itu terlihat kebesaran ditubuhnya. Ia mengedip-ngedipkan matanya tidak percaya dia bertanya jangan-jangan orang yang menolongnya semalam yang mengganti pakaiannya.
Sejeong menghela nafasnya. Ia harusnya tidak pergi dari masalah harusnya ia menghadapi semuanya apapun yang terjadi, namun hati dan perasaannya tak mampu melihat ketika seseorang yang masih ia perjuangkan masih saja menyakitinya. Sejeong tidak mengerti dengan Sehun kenapa pria itu kembali mengingkari janjinya. Apa Sejeong harus benar-benar pergi.
Sejeong bangun dari ranjang yang berukuran king itu. Dia yakin yang memiliki kamar ini adalah seorang pria terlihat pemandangan kamarnya begitu polos tidak terlihat pajangan atau yang lainnya. dia berdiri dengan kepala sedikit pusing ia mencoba berjalan mendekati jendela kamar yang sudah terbuka terpaan angin membuat rambut hitamnya sedikit berantakan.
Sejeong menatap langit wajah nya begitu Sendu tatapannya kosong. Dia meraba dadanya yang masih sakit terasa begitu sesak jika kejadian tadi malam kembali menyelimuti fikirannya. Dia memukul berkali-kali dada itu ia ingin menetralkan perasaannya namun sulit.
Air mata mulai membasahi pelipisnya. Ia masih menatap langit dan bertanya kepada tuhan, bagaimana bisa aku bertahan sejauh ini tuhan? Kenapa kau terus mengujiku? Sampai kapan ini akan berakhir tuhan? Aku sangat mencintai suamiku, namun aku tidak sanggup dengan keadaan ini.
Sejeong memejamkan matanya air matanya terus beruraian. Benar-benar sesak hati Sejeong seperti dicabik-cabik anehnya rasa cinta itu masih saja bertahan padahal ia tau jika Sehun sudah menghianatinya namun fikirannya terus dipenuhi dengan pria bernama Oh Sehun itu.
"Hanna eomma merindukanmu". Lirih Sejeong dalam batinnya.
"Sudah bangun?"
Suara Berat itu mengalihkan lamunan Sejeong. Ia diam mematung mendengar suara itu Sejeong memutar tubuhnya perlahan ia melihat sosok pria tinggi yang sedang ada di hadapannya. Pria itu begitu tinggi bahkan wajahnya begitu tampan. Sejeong yang melihatnya membungkuk ke arah pria itu.
"Terimakasih tuan".
"Bagaimana tubuhmu? Ada yang sakit? Apa kau demam?
Pria itu berjalan ke arah Sejeong dan langsung memegang kening Sejeong dengan telapak tangannya. Sejeong mundur beberapa langkah dari pria itu
"Ah-terimakasih tuan. Aku baik-baik saja terimakasih telah menolongku".
"Aku tidak sengaja melihatmu tergeletak di jalan maka dari itu aku menolongmu, maaf aku membawamu kerumahku karena saat itu aku tidak tau kau tinggal dimana".
"Tidak apa tuan. Saya berterimakasih dengan kebaikanmu".
"Tolong jangan panggil aku tuan. Panggil aku Lucas". Seraya mengajak Sejeong berjabat tangan.
"Ah b-baik aku Sejeong tuan maksudku Lucas".
Lucas tersenyum melihat Sejeong. Gadis itu begitu cantik bahkan ketika bangun tidurpun wajahnya begitu cantik seperti ada cahaya dalam wajahnya membuat Lucas tenang menatapnya. Sejeong yang melihat Lucas terus memandanginya sedikit gugup tangan mungil itu pun masih Lucas genggam ia merasa tidak enak hati untuk melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MARRIAGE FULL OF LIES- [END]
Romance[MATURE CONTEN!!] Empat tahun berpacara sejeong dan sehun memutuskan untuk menikah. Mereka yakin dengan keputusannya bahkan para sahabat terdekat mereka mendukung niat baik kedua pasangan itu. Para sahabat memanggil kedua insan ini dengan sebutan se...