20

434 19 2
                                    

Sehun, Mina, dan Sejeong turun dari mobilnya.  Hari ini Sehun sudah boleh pulang karena kondisi nya yang sudah sangat baik. Dengan cekatan Sejeong membantu pergerakan Sehun yang sedikit masih lemas, dengan senyumannya Sejeong berjongkok merapikan celana Sehun yang terlihat kusut. Sehun yang melihatnya begitu terenyuh. Ternyata sikap Sejeong selama ini masih sama dan tidak berubah.

"Terimakasih Sejeong".
Sejeong mengangguk.

"Mina tolong siapkan air hangat untuk Sehun, aku akan membersihkan tubuhnya".
Mina yang mendengarnya bergegas sambil menggendong Hanna yang tertidur di pelukannya.

"Ayo Sehun".

Sehun melangkah masuk kerumahnya, selama satu minggu ini Sehun meninggalkan rumah besar itu ia begitu merindukannya, terlihat kondisi rumah begitu rapih dan bersih ia yakin selama ini Sejeong yang merapikannya.

Sehun berjalan sambil menggenggam tangan Sejeong dengan erat, rasanya seperti mimpi ketika wanita yang dicintainya telah kembali, tatapan itu begitu tulus Sehun benar-benar menyesal dengan kesalahannya kemarin.

Sejeong dan Sehun memasuki kamarnya. Semua terlihat baru dari seprei, gorden dan pajangan lainnya, kamar itu banyak berubah Sehun yang menyadarinya menoleh ke arah Sejeong.

"Ada apa?"

"Sejeong kau merubah kamar kita?"
Sejeong mengangguk.

"Kenapa?"

"Aku hanya bosan Sehun, dan aku menyiapkan ini semua untukmu".

Lagi-lagi senyuman tulus itu terpancar dari wajah Sejeong. Sehun menatap manik hitam itu sedikit rasa sesak menyelimuti perasaan Sehun kala ia menatap istrinya.

"Sehun duduklah".

Sejeong membantu tubuh Sehun agar terduduk di ranjang, sejeong membuka Sendal yang masih menempel di telapak kaki Sehun. Sejeong membersihkan telapak kaki Sehun sebelum akhirnya Sehun tidur di ranjang itu. Sejeong istri yang begitu baik ia begitu tulus merawat Sehun.

Sejeong menatap Sehun yang sudah rapih. Sekarang gilirannya untuk membersihkan diri. Sehun menarik pergelangan Sejeong hingga tubuh Sejeong mendarat di dada bidang Sehun. Sehun memeluknya ia terus menciumi puncak kepala Sejeong, sesekali Sehun mengelus pelan punggungnya sungguh ia merindukan Sejeong.

"Maafkan aku". Lirih Sehun

"Apalagi yang mau kau bahas?"

"Maafkan aku karena terlalu banyak menyakitimu, aku jahat".

"Sehun kau tidak jahat".

"Aku beruntung saat kau masih mau kembali bersamaku. Sejeong tolong jangan tinggalkan aku lagi".

"Aku tidak akan meninggalkanmu Sehun biarlah maut yang memisahkan kita".

"Benarkah?"
Sejeong mengangguk.

"Aku sungguh mencintaimu Sejeong".

"Benarkah?".

Sejeong mendongak menatap wajah Sehun yang begitu dekat dengannya. Sejeong memainkan jemarinya di rahang Sehun membuat darah sehun sedikit berdesir.

"Jangan menggodaku".
Sehun menekan bibir Sejeong, sejeong memejamkan matanya. Ia menggigit ibu jari Sehun yang sedang menyentuh bibirnya.

"Kau tidak boleh bercinta dulu denganku, ingat kata dokter".

"Shhhh kau ini".
Sehun menarik kembali dagu itu, ia langsung melumat bibir Sejeong dengan panas. Sungguh Sehun ingin meluapkan hasratnya yang tertahan selama ini,

"Mmhh".

Suara decakan itu terdengar jelas, mereka berciuman dengan menggebu-gebu hasratnya tak tertahan, sejeong menarik rambut Sehun tangan Sehun yang nakal mulai menelusup masuk ke dalam kaos yang dipakai Sejeong.

A MARRIAGE FULL OF LIES- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang