DAN INTAN ADALAH

3.1K 368 99
                                    

     Seketika, suara Intan berubah. Bisma terkejut mendengarnya  dan ia berusaha menolehkan wajahnya untuk melihat siapa Intan sesungguhnya.
"Lepaskan dia!" Tegas Intan dengan suara lantang.
"Hahaha... bukan urusanmu!" Tegas Laksmi.
"Dia urusan ku!" Balas Intan.
"Mas!" Ucap Paramitha, sambil berteriak dan menangis.
Mendengar suara dari Paramitha, yang nampak menginginkan suaminya, Intan pun beraksi.
     Tiba-tiba, ia berubah menjadi wanita dewasa, bertubuh tinggi, menyerupai Laksmi. Rambutnya panjang tergerai, bola mata berwarna hitam pekat, dan sama sekali jauh dari kata menyeramkan.
"Lepaskan dia!" Ucap Intan, sambil berteriak dan mencekik Laksmi.
Laksmi terperangah, ia tercekat, Bisma terhempas di atas tanah. Paramitha memeluk Bisma.
"Akh... lepaskan...!" Laksmi tertahan.
"Hahaha... merasa hebat dengan melawan manusia yang jelas tidak sebanding dengan mu?!" Ucap Intan. 
"Akh... dia musuhku!" Ucap Laksmi. 
"Dia anakku!" Tegas Intan dengan lantang.
     Laksmi terkejut mendengar penuturan dari Intan dengan mata melotot tajam.
"Anak?" Ucap Bisma.
     Bisma menoleh, melihat Paramitha, tatapan matanya penuh tanda tanya. Paramitha tak bergeming, ia hanya diam.
     Intan dan Laksmi bertarung habis-habisan, gemuruh petir, kilat, mengiringi pertarungan kedua iblis tersebut.
Bisma dan Paramitha. masih berada disana. 
"Apa yang bisa kita lakuin?" Ucap Bisma.
"Mas, ini bukan lagi pertarungan mas, tapi kami." Ucap Paramitha.
"Maksudnya apa Mitha?"
"Mas, mas duduk disini aja." 
     Paramitha bangkit, ia pun melayang ke atas udara dan ikut membantu Intan. Peperangan antara iblis, benar benar mengerikan. Suara teriakan mereka menggema di hutan hingga keseluruh penjuru desa.
"Suara apa itu?" Ucap Jamin.
"Pak kades, langitnya?" Ucap salah seorang warga.
     Nampak warna langit merah darah, membuat para warga desa ketakutan. Marto, istrinya dan Suprapto diamankan, mereka dibawa ke kota dan dihadapkan langsung dengan aparat kepolisian.
     Sementara itu di desa, warga berlarian, bersembunyi di dalam rumah mereka masing-masing. Suara auman bak singa dan harimau, terdengar dari kejauhan. Jelas, siapapun yang mendengarnya, pasti akan ketakutan.
     Kembali ke hutan. Pertarungan antara iblis masih berlanjut.
"Akh... tidak!" Teriak Laksmi, saat Intan berhasil membelah kedua tubuhnya.
"Hahaha...!" Tawa Intan, tawa puas dan penuh kebencian.
Sedangkan Paramitha, ia kembali mendekati Bisma, Bisma memeluknya erat.
"Mas?"
"Kamu baik baik aja?" Tanya Bisma, sambil mencoba membersihkan darah pada wajah istrinya.
"Iya mas." Ucap Paramitha, sambil tersenyum dan terus memeluk Bisma.
     Belum usai, tubuh Laksmi menyatu kembali, ia berubah wujud menjadi Sukma. Dengan cepat ia berada tepat di belakang tubuh Paramitha. Bisma tak tinggal Diam. Ia meraih belati miliknya yang terhempas di atas tanah, dan segera melindungi istrinya dengan menusuk leher Sukma, dan menarik belati itu, hingga memutus leher dan terhempas lah kepala Sukma.

BRUK!

     Seketika, tubuh Sukma berubah menjadi abu, kepalanya pun perlahan menciut dan habis bak debu tertiup angin lalu.

*****

     Intan, ia perlahan turun dan menapakkan kakinya di atas tanah, memandangi wajah Bisma dan juga Paramitha.
"Jadi?" Tanya Bisma terhenti, saat Intan menyentuh kepalanya.
     Seolah dibawa ke dimensi lain, mundur ke masa 19 tahun lalu. Dimana ada seorang gadis muda, kesakitan, dan hendak melahirkan seorang bayi. Sosok Sukma pun muncul membantunya, di iringi dua orang anak, lelaki dan perempuan yang setia membantu Sukma.
Bisma, ia terdiam, ia menyaksikan seluruh kejadian itu. 
"Ini apa?" Lirih Bisma, saat melihat wanita yang tengah melahirkan bayi lelaki yang tampan tersebut dalam keadaan sekarat.
"Ini mas Pandji?" Lirihnya lagi, ia mencoba menyentuh Pandji, namun hanya bayangan semata.
"Mbak Ajeng?" Ucap Bisma, saat melihat Ajeng yang bak bayangan.
"Ibu?" Lirihnya lagi, saat melihat Sukma tengah membersihkan tubuhnya. Kemudian, gadis muda yang melahirkan seorang bayi pun meninggal dunia.
"Ini?" Bisma masih tak paham dengan apa yang ia saksikan.
Tak lama kemudian, terdengar suara Ajeng, menyebutkan sebuah nama.

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang