BOCAH MALANG BERNAMA INTAN. KUNCORO DAN KEDUA IBLISNYA MEMBUAT RESAH

2.4K 261 17
                                    

"Mas! Bocah cilik iki wis tangi turu mas." Ucap Paramitha, saat melihat bocah perempuan itu, yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Ono ngendi bulek?" Tanya bocah itu.
"Kamu di hutan sama bulek sama paklek, ini bulek Mitha, ini paklek Bisma." Ucap Paramitha, memperkenalkan dirinya dan Bisma.
Bocah itu melihat wajah Paramitha dan Bisma.
"Ibu e Intan wis seda lek, wong-wong nggawa dheweke menyang alas lan ora bali maneh..." ucap bocah beragam Intan itu.
"Kenapa?" Tanya Paramitha.
"Ibuk Intan dikira dukun, ana sing njaluk tulung nalika nglairake, nanging ora suwe, dheweke dituduh dadi penyihir." Ucap Intan.
"Astaga... mas." Ucap Paramitha.
"Terus, kamu bisa sampe hutan itu gimana?" Ucap Bisma.
"Intan nggoleki ibuk, nanging intan ora bisa nemokake maneh, intan bingung arep bali omah, nanging nalika ketemu wedok sing ayu ing alas, dheweke manggil intan, lan sawise suwe dheweke malih dadi setan." Ucap Intan, saat menjelaskan pertemuan pertamanya dengan Laksmi.
"Nama kamu Intan?" Tanya Bisma.
"Njih paklek... Intan." Ucap Intan.
"Terus kamu diapain sama setan itu? Kok bisa lari sampe sini?"
"Dia cakar Intan, sakit bulek..." ucap Intan dan menangis sambil memeluk Paramitha, "terus Intan lari, gara gara ada suara adzan, dia marah, Intan kabur, ndak tau udah disini."
"Adzan?" Ucap Paramitha.
"Dia takut sama suara adzan ternyata... kayak kamu." Ucap Bisma.
"Ora guyon e mas..." ucap Paramitha.
"Maaf sayang... yowes Intan ikut paklek sama bulek mau?" Tanya Bisma pada Intan.
"Mau." Ucap Intan.
"Tapi kita tidur neng kene, nanti sesok pagi kita jalan lagi." Ucap Paramitha
"Iyo bulek..." ucap Intan.
"Mangan sik, ini..." Paramitha dan Bisma memberikan makanan kepada Intan.
"Pira umurmu?" Tanya Bisma.
"7 tahun lek..." ucap Intan.
Intan terlihat lapar, ia menghabiskan 1 ekor daging burung, seorang diri.
"Laper anak ini mas..." ucap Paramitha.
"Iya, kasian, dia jalan jauh dek." Ucap Bisma.
"Habis ini kita tidur ya, Intan mau pipis dulu ndak?" Tanya Paramitha.
"Mau bulek..." ucap Intan.
"Bulek anterin yo..." ucap Paramitha.
Paramitha mengantar Intan ke anak sungai untuk membuang air kecil. Tak lama kemudian mereka kembali ke dalam gubuk. "Terang juga." Ucap Bisma, saat baru saja membakar kayu tak jauh dari gubuk mereka.
"Mas, adzan kedengeran ndak ya dari sini?"
"Kayaknya sudah mau magrib Mitha, mas ambil wudhu dulu ya." Ucap Bisma.
"Iya mas... hati hati ya." Ucap Paramitha.
Lain halnya dengan Kuncoro, Lukman dan Abdi.
"Habis magrib, kita keluar." Ucap Kuncoro.
"Baik." Sahut Abdi dan Lukman. Abdi dan Lukman bisa mendengarkan suara adzan, mereka berdua sedikit sulit untuk dikalahkan.
"Malam ini, kita mulai bekerja, soalnya kamar ndak cukup menampung mereka ini. Dan saya ke balai desa, kalian bekerja." Ucap Kuncoro, pada Abdi dan Lukman.
Pergilah Kuncoro menemui Marto."Oh... masuk saja Kuncoro." Ucap Marto, saat melihat Kuncoro, baru saja tiba di depan teras rumahnya.
"Pakde, apa sudah ada lahan untuk ternak?" Tanya Kuncoro, sambil berjalan menuju ruang tamu.
"Sudah, rencananya sih di lapangan saja, kenapa Kun?"
"Bagus pakde."
"Oh iya, ada apa kamu dateng?"
"Saya mau kumpulkan warga, ada yang harus saya umumkan pakde."
"Sekarang?"
"Iya pakde, ini penting sekali."
"Baiklah."
Marto dan Kuncoro mendatangi balai Desa, mereka mengumpulkan warga malam itu.
"Jadi, malam ini saya ingin menyampaikan sesuatu, bahwasannya kami membutuhkan dana dari bapak ibu sekalian."
"Wah..." gumam warga, saat mendengar pengumuman dari Kuncoro.
"Dana itu untuk membangun sebuah tempat penampungan lagi, sekitar 50 juta yang dibutuhkan." Ucap Kuncoro lagi.
"Apa ada yang keberatan?" Ucap Marto.
Tidak ada jawaban, semua warga desa menyetujui untuk memberikan sumbangan.
"Setuju!" Teriak warga, bersamaan.
"Wah, beruntung sekali. Baiklah, demi keamanan desa kita, saya akan patok 1 kepala rumah tangga menyumbang sebanyak 500 ribu, tapi bagi yang tidak mampu, boleh bayar semampunya saja." Ucap Kuncoro.
"Kapan uangnya harus disetorkan?" Tanya salah satu warga.
"Mulai besok." Ucap Kuncoro.
Jalan Kuncoro untuk menguasai desa tinggal beberapa langkah lagi.
Warga pun membubarkan diri dan meninggalkan balai desa. "Bagaimana pakde?" Ucap Kuncoro.
"Bagus, kerja kamu bagus, semoga dengan ini desa kita aman, tapi...?"
"Tapi apa pakde?"
"Ada bagian buat pakde?"
"Hahaha..." tawa mereka berdua.
"Tenang pakde, ada bagiannya buat pakde." Ucap Kuncoro.
"Ah... Alhamdulillah, ndak sia-sia." Ucap Marto.
"Tanpa pakde Marto, saya bukan apa apa." Ucap Kuncoro.
"Ah, jangan begitu, oh iya bagaimana kabar para gadis?"
"Aman pakde, mereka semua aman kok."
"Bahaya kalo Laksmi benar - benar datang."
"Itu yang saya ingin cegah pakde." Ucap Kuncoro.
"Hebat, jangan lupa, ajak warga memilih Sunarto untuk menjadi kepala desa." Ucap Marto.
"Itu urusan mudah pakde, pakde berani kasih saya berapa?"
"Tenang, Sunarto banyak uang, saya akan minta bagian kamu."
"Itu baru kerjasama pakde..."
"Hahaha..." tawa keduanya.
Mereka berdua meninggalkan balai desa. Kuncoro kembali ke rumahnya, dan mengajak Abdi juga Lukman, untuk mengeksekusi, "Abdi, Lukman, ayo kita eksekusi mereka."
Membawa 3 orang gadis untuk di penggal kepalanya. Namun sebelumnya, mereka diperkosa terlebih dahulu oleh Kuncoro dan juga Abdi serta Lukman.
"Hahaha...!"
Tawa mereka, setelah puas menikmati tubuh para gadis. Merekapun membawa ketiganya ke dalam goa, dimana terdapat mayat lainnya, berada di dalam sana.
"Mas?" Ucap Paramitha.
"Kenapa?"
"Rasanya ada korban lagi..."
"Korban?"
"Iya mas, 4 orang, semua perawan." Ucap Paramitha.
"Kamu bisa tau dari mana dek?" Tanya Bisma.
"Aku juga ndak tau mas, sejak kapan bisa gini, mereka diperkosa, kepalanya dipenggal. Abdi dan Lukman semakin kuat." Ucap Paramitha.
"Tenang, aku bisa ngadepin mereka dek." Ucap Bisma.
"Kasian intan mas, kita lindungi dia." Ucap Paramitha.
"Laksmi pasti lagi cari Intan, dia sudah ditandai sama cakaran kukunya." Ucap Bisma.
"Harusnya intan jangan liat dia mas..." ucap Paramitha.
"Ya, namanya juga anak anak, dan banyak dari mereka yang ndak tau soal ini dek."
"Bener kata mas."
"Kita tidur sayang, perjalanan kita masih jauh."
"Iya mas."
Mereka berdua tertidur di dekat Intan. Lagi, suara burung hantu terdengar mengerikan malam itu, udara terlalu dingin.
"Mas, kamu ndak kedinginan?" Paramitha terbangun dan hendak mendekati Bisma.
"Ndak kok, sini." Ucap Bisma, sambil memeluk Paramitha.
Mereka berdua kembali tertidur.

*****

Pagi hari, warga desa memenuhi rumah Kuncoro, mereka mengumpulkan uang dari hasil tani mereka.
"Sudah hampir 30 juta." Gumam Kuncoro, saat melihat tumpukan uang dari warga.
"Hahaha..." Tawa mereka bertiga.
"Tapi kita ndak butuh uang Kuncoro..." ucap Abdi.
"Saya paham, kalian butuh daging dan darah kan."
"Iya jelas..." ucap Lukman.
"Mudah, nanti akan dateng lagi gadis gadis, buat santapan kalian." Ucap Kuncoro.
Dari kejauhan, tampak nenek tua, membawa cucunya.
"Wah, mbah?" Ucap Kuncoro, ramah, menyambut kedatangan nenek itu.
"Ini cucu mbah, apa masih terima disini Kun?" Ucap Nenek tua itu.
"Masih mbah, bisa bisa kok." Ucap Kuncoro.
"Nah... Kanti, kamu disini ya?" Ucap nenek itu, pada cucunya.
"Iya mbah..." ucap Kanti.
"Kuncoro, mbah titip Kanti yoh..." ucap nenek itu pada Kuncoro.
"Baik mbah." Ucap Kuncoro.
Nenek tersebut berlalu, meninggalkan cucunya yang malang.
"Kanti, ayo ikut saya." Ucap Kuncoro.
"Njih,"
Kanti masuk perangkap dan tiinggal nama, ia diperkosa dan dimakan hidup hidup oleh Abdi dan juga Lukman.
"Ndak tau kenapa... daging mereka enak sekali Abdi." Ucap Lukman.
"Iya, darahnya pun terasa ringan di tenggorokan." Ucap Abdi.
Sedangkan Kuncoro sibuk menghitung uang, Bisma dan Paramitha, bersiap mendatangi kampung di Renggogeni.
"Ayo mas, Intan." Ucap Paramitha, pada Bisma.
Mereka bertiga meninggalkan gubuk, kembali kehutan menuju kampung.
Sementara, Abdi dan Lukman merasakan kehadiran Bisma dan Paramitha.
"Musuh kita akan datang." Ucap Abdi.
"Hmmm... bernyali besar." Ucap Lukman.
"Tenang, ada warga desa, mereka kan tentara kita." Ucap Abdi.
"Hahaha..." tawa mereka berdua sambil menunggu kehadiran Bisma dan Paramitha.

*****

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang