TIPUAN IBLIS

5K 504 29
                                    

Sukma masih mencekik leher Paramitha dengan lidah tajamnya, Ajeng demikian, ia mengeluarkan Belati tajam dan hendak menikam perut Paramitha.

"Mbak, jangan mbak..." Lirihnya sambil menatap wajah Ajeng dan tangannya menahan kuat agar belati tak menghujamnya untuk yang ke dua kali.

Ajeng tak peduli, iblis telah menguasai dirinya.

"Argh...!" Ajeng menjerit saat tangannya nyaris terputus akibat ulah Paramitha.

Paramitha berusaha menarik lidah Sukma yang mencekat dirinya.

"Lepasin bu..." Lirihnya lagi sambil menahan tangan Ajeng dan menarik lidah Sukma.

Tak dinyana, Bisma datang bersama Pandji, seolah mendapat petunjuk disana.

"Mas!" Teriaknya saat melihat Bisma.

"Mitha!"

"Ajeng? Ibu?" Gumam Pandji yang terkejut melihat Ajeng telah berubah menjadi iblis. Pandji melemah, tubuhnya ambruk di atas tanah, ia tak percaya jika istrinya tak lagi sama.

Bisma membantu Paramitha dengan menarik lidah Sukma, Sukma berteriak penuh amarah.

"Mas, disini!" Paramitha berteriak dan meminta Bisma melilit lidah Sukma tepat pada leher Ajeng.

"Mas... maaf!" Ucap Bisma, pada Pandji, saat ia harus membunuh Ajeng.

"Dek, jangan..." Lirih Pandji.

Bisma menarik lidah Sukma dan melilitnya tepat pada leher Ajeng.

"Argh... bu... jangan tarik Ajeng!" Teriaknya dengan lengan yang terputus.

Bisma menarik istrinya menjauh dari sana, "Kamu ndak apa-apa kan?"

"Ndak mas... Mitha ndak apa-apa."

"Bu... jangan Bu!" Teriak Pandji.

"Mas, itu bukan mbak Ajeng!" Tegas Bisma.

"Gila kamu dek, itu mbak kamu!"

"Bukan mas, sadar mas!" Tegas Bisma.

Ajeng tercekat, Sukma menarik tubuhnya ke udara, dan kepala Ajeng terputus, menghempas di udara hingga jatuh di atas tanah.

"Bruk!"

Mendadak petir menyambar, angin kencang bertiup, hujan deras mengguyur hutan. Laksmi datang meraih kepala Ajeng.

Ia murka, karena keinginan untuk memiliki Paramitha tak berhasil.

"Sialan!" Teriaknya kepada seluruh pengikutnya.

Dengan penuh amarah dan membunuh mereka satu persatu dengan memenggal kepala para pengikutnya, hanya dengan libasan rambut putih miliknya. Rambut tajam bak mata pisau itu dapat menghabisi 10 orang, hanya dalam kedipan mata.

"Kita kabur dari sini Mitha..."

"Iya mas..."

Bisma dan istrinya, membawa Pandji menjauh dari sana. Mereka menghindari Laksmi yang terlalu kuat, untuk mereka hadapi.

Pandji yang lemah, ia tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

Tiba di kediaman Sastra...

"Mas, istirahat dulu." Bisma meminta Pandji untuk berbaring.

"Dek, kanapa kalian tega sama mbak Ajeng?"

"Mas, bukan tega, tapi harus mas, itu bukan mbak Ajeng lagi," Sahut Bisma, sambil menggantikan pakaian Pandji yang basah akibat guyuran hujan.

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang