BISMA MENEMUI MITHA, KORBAN SUKMA MULAI BERJATUHAN

6.6K 645 64
                                    

Satu hari berlalu, Bisma dan Pandji kembali pergi bekerja pabrik.

"Kunci rumah kalau sudah jam lima sore, tutup semua pintu ya bu..." ucap Pandji pada Ajeng.

"Iya bapak, hati-hati kerjanya ya..." ucap Ajeng, sambil tersenyum dan melambaikan tangan Rinjani kepada Pandji.

Mereka pergi bekerja, sementara Ajeng berada dirumah bersama Rinjani, seperti biasanya.

Tiba di pabrik.

"Semalam ada yang meninggal mendadak, katanya habis lihat wujud mirip kuntilanak tapi ini lebih seram. Menakutkan..." ucap salah satu karyawan pabrik.

"Iya, matinya juga aneh, wajahnya masih dalam keadaan kayak kaget begitu, mulut kebuka, mata melotot." Ucap yang lainnya lagi.

"Ih... mengerikan, ada yang bilang di desa sebelah korbannya sudah banyak. Katanya kalau dia datang, kita jangan liat. Tutup mata!" Seru lainnya lagi.

"Anak-anak ada satu yang jadi korban, siang hari." Bisik yang lain.

Bisma mendengar dengan seksama. Ia khawatir akan Ajeng dan Rinjani, keponakannya.

"Semoga mereka baik-baik saja dirumah." Gumamnya sambil terus mencetak gambar diatas kain dengan alat cetak, berukuran besar. 

Istirahat makan siang, Bisma mengunjungi rumah Paramitha yang tak jauh dari pabrik, hanya sepuluh menit, Bisma tiba disana melalui jalan belakang pabrik tekstile.

Tiba disana, Bisma terkejut melihat Mitha yang sedang memakan tanah. Tampak pula Sastra yang kesulitan saat hendak mencegahnya.

"Mitha... ya Allah nduk..." lirih Sastra, sambil menangis dan menarik tangan Paramitha tertawa dan mengamuk.

"Ada apa bu?!" Tanya Bisma, dengan wajah panik.

"Tolong nak... dia kumat ..." lirih Sastra, sambil menangis.

"Apa boleh dipegang bu?" Tanya Bisma.

"Boleh nak, tidak apa-apa." Ucap Sastra.

Bisma untuk pertama kalinya menyentuh lawan jenis, ia mencoba menenangkan Paramitha, ia merangkul dan mendekapnya erat sambil membersihkan kedua tangan Mitha yang penuh dengan tanah.

Paramitha berteriak dan menjerit keras, Bisma masih menahan tubuhnya. Sesekali Mitha menggigit tangannya. Bisma menahan rasa sakit dari gigitan itu.

Sastra menangis melihat tangan Bisma yang terluka.

"Mitha, jangan ya..." ucapnya, sambil menahan tubuh dan juga tangan Mitha. Mitha mengerang bak kesetanan.

Ia memeluknya lebih erat dan bernyanyi tembang Jawa kuno yang sering didengar saat ia masih bayi.

"Ana kidung...

Teguh hayu luputa ing lara,

luputa bilahi kabeh,

jin setan datan purun,

paneluhan tan ana wani,

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang