KEMATIAN SUKMA SECARA MISTERIUS

7.5K 679 85
                                    

"Mbak Ajeng..." ucap Bisma, dari depan pintu kamar.

"Masuk saja Bisma, tidak apa-pa kok..." sahut Ajeng dengan suara parau.

"Mbak, ini sarapan untuk mbak, mas Pandji yang membuatnya." Sambil menyerahkan mangkuk berisi bubur dan taburan seledri, juga bawang goreng yang biasa mereka makan bersama, ketika Sukma tak berada dirumah.

"Kamu saja yang makan..." ucap Ajeng, ketika ia teringat jika Pandji bukan saudara kandungnya.

"Mbak biasanya semangat kalau makan masakan mas Pandji, makan mbak, dikit saja, biar mbak cepat pulih." Bujuk Bisma, sambil mencoba mendulang satu sendok bubur untuk Ajeng.

"Mana bayi aku..?" Lirih Ajeng.

"Kata mas Pandji dibawa ibu mbak." Sahut Bisma sambil mendulang kembali bubur ke dalam mulut Ajeng.

"Kemana? Ibu mana?!" Tanya Ajeng panik.

"Tunggu ya mbak, biar mas Pandji yang cerita, kasihan mbak, mas Pandji terkena luka semua, semalam dia dipukuli orang." Ucap Bisma sambil menunduk.

"Kenapa? Sekarang dimana mas Pandji?" Tanya Ajeng sambil hendak bergerak turun dari ranjangnya.

"Biar Bisma yang panggil, mbak tunggu disini saja." Bisma meletakkan mangkuk buburnya dan ia memanggil Pandji.

"Mas, mbak sudah mau di temui mas..." ucap Bisma, sambil berdiri didepan pintu kamar Pandji.

"Iya, mas kesana." Dengan berjalan pelan dan menunduk. Pandji pun datang.

Mendadak terasa dingin, saling pandang, mereka benar-benar bak dua orang asing, tak seperti biasanya, Ajeng sering memeluk Pandji ketika sedih atau senang, mereka sering bercerita, tanpa jarak dan sekat.

Kali ini, keduanya nampak kaku, aneh, dan tak biasa, seolah baru saling kenal. Lama Sukma bungkam akan kebenaran hubungan darah mereka yang ternyata kini terungkap.

"Kok kalian semua diam? Biasanya tidak begini?" Tanya Bisma sambil menggaruk kepalanya.

Bisma menarik tangan Pandji agar mendekati Ajeng. Ajeng mendadak kaku dan malu. Ia malu, mengingat selama ini, bahkan mereka sering mandi bersama di sungai tanpa ada rasa yang mengganjal.

"Mas, mbak Ajeng ingin melihat lukanya, dan coba mas kasih tau soal semalam, Bisma takut salah ucap." Ucap Bisma, sambil duduk diantara mereka.

"Mmmm... jadi bayinya di bawa ibu ke tempat Nyi Laksmi untuk, emh..." ucap Pandji yang mendadak ragu.

"Un... untuk apa mas?" Tanya Ajeng pelan.

"Di... dijadikan tumbal." Ucap Pandji, sambil menunduk.

"Ya Allah, mas tidak bohong kan? Tidak salah lihat kan mas?" Tanya Ajeng, sambil menangis terisak.

"Tidak dek, mas tidak berbohong dek, ini benar-benar terjadi. Mas ditahan orang malam itu, terus… ya ini hasilnya." Ucap Pandji, sambil menunduk dan bingung.

Ajeng menangis sejadi jadinya, Pandji terbiasa memeluknya ketika ia menangis. Pandji mencoba meraih tangannya perlahan dan ia memeluknya.

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang