TERNYATA

2K 254 3
                                    

"Mas, dia tersesat di hutan." Ucap Paramitha, seolah melihat semua yang sedang dialami oleh Kuncoro.
"Hutan mana?"
"Hutan pertama kali kita ketemu mas, kamu inget?"
"Iya, tentunya, dan kita ketemu Laksmi disana." Ucap Bisma.
"Hahaha… mas, ini pasti menyenangkan loh…" ucap Paramitha.
"Kenapa?" Tanya Bisma.
"Ayo mas!" Ucap Paramitha.
     Keduanya pun berlarian menuju hutan, seolah tak ada rasa lelah, keduanya telah tiba di sana.
"Kuncoro…" Suara Paramitha menggema, ia memanggil nama Kuncoro dengan lembut, namun menggaung terbawa angin di dalam hutan.
"Kuncoro…" 
"Sialan, ada yang manggil?" Gumam Kuncoro, ia panik, dan berlarian.
"Percuma lari!" Teriak Paramitha.
"Sialan! Hei... Iblis! Saya ndak takut sama kamu!" Ucap Kuncoro dengan lantang.
"Hahaha…" Paramitha tertawa.
"Jarene kowe ora wedi kok mlayu?" Gumam Bisma, sambil menggelengkan kepalanya.
"Cuk... cuk... Asu!" Teriak Paramitha.
"Sayang kok ngomongnya gitu." Ucap Bisma.
"Halah… biar aja mas, wong asu kok, ini aja dia takut, nyasar, rasain." Sahut Paramitha.
     Benar saja, Kuncoro tersudut. Bisma dan istrinya, telah berdiri di hadapannya.
"Piye kabare mas?" Ucap Bisma, pada Kuncoro.
"Jancok koe, dasar iblis wujud te wong, wes... ndak usah basa basi!" Paramitha mendekati Kuncoro, dan tangannya memegang leher Kuncoro.
"Dek, jangan!" Ucap Bisma.
"Mas, dia ini biang keroknya, kita di usir warga karena dia, sampe rumah dibakar!" Ucap Paramitha.
"Sudah, yang penting kan kita baik baik aja, kita bawa dia ke pak Jamin." Ucap Bisma.
"Untuk apa?! Saya ndak ada urusan dengan desa Renggogeni, lebih baik kita bekerja sama aja." UcapKuncoro.
"Hahaha... Awakmu sadar diri, sudah memfitnah, sekarang mau ngajak kita kerja sama? Tai! Wes, penggal ae kepalanya mas?" Ucap Paramitha.
"Jangan, jangan… saya minta jangan!" Ucap Kuncoro, yang panik saat Paramitha mengeluarkan pedang dan memberikannya pada Bisma.
"Takut?" Tanya Bisma, pada Kuncoro.
"Saya bisa jelaskan, saya begini karena nyi Laksmi, saya hanya diperalat saja!" Ucap Kuncoro.
"Kamu pikir, kita berdua percaya?" Ucap Bisma.
"Saya ndak bohong, Laksmi itu ada, dan dia bekerja sama dengan Abdi dan Lukman, kalo ndak percaya, liat aja, mereka berdua hilang kan?" Jelas Kuncoro.
"Hilang?" Tanya Bisma, sambil menahan tawa.
"Hahaha, ini hilang?" Sambil melempar kedua potongan kepala dari Lukman dan Abdi, pada Kuncoro.
"Hah!" Kuncoro terkejut, ia tak menyangka, kedua iblis yang dijagokan, mati di tangan kedua pasangan itu.
"Sirahe sopo iki piye carane mung mangan ndas iki." Ucap Paramitha. 
"Ja - jadi?" Ucap Kuncoro, panik dan gugup.
"Sudah, menyerah saja, ayo, ikut kami." Ucap Bisma.
"Tidak! Saya ndak mau!" Ucap Kuncoro. 
"Masih ngeyel, nanti suamiku ngamuk loh!" Tegas Paramitha.
"Saya tidak ada urusan dengan warga desa!" Ucap Kuncoro. 
"Kamu harus bertanggung jawab, banyak warga dan gadis desa jadi korban, akibat ulah kamu." Ucap Bisma.
"Tidak, itu bukan ulah saya, itu adalah ide dari pakde Marto!" Ucap Kuncoro.
"Hahaha… pakdenya nyalahin kamu, kamu nyalahin pakde, podo goblok e…" ucap Paramitha.
     Tiba tiba, angin kencang berhembus, menghantam semua pepohonan, langit berubah menjadi merah. 
"Mas, ada yang dateng." Ucap Paramitha, sambil tersenyum dan melihat keatas langit.
     Kuncoro mencoba untuk menghindari keduanya, namun belum sempat menjauh, tiba tiba saja, nampak sosok iblis turun dari atas langit yang memerah dengan wajah yang menyeramkan.
     Paramitha mendekati Bisma, mereka berdiri menunggu kehadiran sosok iblis itu. Kuncoro mencari kesempatan.

Hahaha…

Suara tawa menggema.
"Laksmi…" gumam keduanya. Langkah Kuncoro terhenti, saat ia hendak berlari, Laksmi tiba tiba berdiri di hadapannya.
"Set - set…  bu - bukan, saya ndak ada urusan sama…?" Kuncoro belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
     Mulut Laksmi terbuka lebar dengan gigi memanjang, tulang leher yang nampak dari balik kulitnya, seolah siap melahap kepala Kuncoro.
"Sopo ndelok aku, Mati." Bisik Paramitha, seolah ia sedang mengalami Dejavu, saat Laksmi hendak melahap Kuncoro.
"Hah!" Bisma bertindak, ia hendak menyelamatkan Kuncoro.
"Tutup mata, jangan liat!" Teriak Bisma, memberikan arahan kepada Kuncoro.
"Bisma... maaf…"  lirih Kuncoro saat menoleh ke arahnya. Seketika, kepalanya masuk kedalam rongga mulut Laksmi.
     Bisma memeluk Paramitha dan menutupi kedua matanya, agar tak melihat apa yang dilakukan Laksmi.
     Darah segar mengalir deras dari leher Kuncoro, ternyata tak hanya kepala, seluruh tubuhnya dilahap dalam hitungan detik, tak bersisa oleh Laksmi.
"Astagfirullahaladzim…" gumam Bisma.
     Kenyang? Laksmi kemudian mendekati keduanya, tanpa menginjakkan kakinya di atas tanah.
"Mitha, kamu mundur…" ucap Bisma.
"Kita sama sama mas." Ucap Paramitha.
"Jangan, nanti kamu kenapa napa." Ucap Bisma.
     Bisma mendorong tubuh Paramitha, agar menjauhi dirinya yang tengah berhadapan dengan Laksmi.
Laksmi yang tanpa basa-basi, dengan bola mata yang menyeramkan, menatap wajah Bisma dengan tajam.
"Mas!" Teriak Paramitha.
"Mitha, lari!" Ucap Paramitha.
"Ndak mau mas!" Ucap Paramitha.
"Hahaha... kalian masih hidup." Ucap Laksmi, sambil mencekik leher Bisma, ia mengangkat tubuh Bisma ke udara. 
"Hahaha... hahaha...!" Tawa Laksmi puas, saat ia seolah berhasil meraih Bisma.
Akan tetapi, Paramitha membantunya, ia menarik Bisma dengan segala tenaga yang ia miliki. 
     Aksi tarik menarik terjadi, hingga akhirnya, Paramitha mencoba menembus kepala Laksmi dengan pedang miliknya.
"Mati koe!" Sambil melompat menaiki tubuh Laksmi dan ia menancapkan pedang itu tepat di kepala Laksmi.
Berhasil, Bisma terbebas dari jeratannya, ia terhempas ke tanah.
"Mas, ayo!" Ucap Paramitha, sambil berteriak.
     Bisma bangkit kembali, ia menyerang Laksmi dengan menghujam tepat pada mulutnya menggunakan belati yang ia bawa.
     Laksmi tertahan mundur, namun ia masih bisa tertawa dan perlahan ia melepaskan pedang yang menancap di kepalanya dan juga belati yang berada pada rongga mulutnya.
     Keduanya menyerang Laksmi kembali. Bisma, merobohkan tubuh Laksmi, Paramitha menghujam lagi mulut dan kepalanya.
Berhasil? Berhasil, Laksmi mendadak tak berkutik.
"Mas? Apa dia sudah mati?" Ucap Paramitha, dengan napas terengah - engah.
"Kayaknya belum." Ucap Bisma.
Benar saja, Laksmi bangkit kembali.
"Hahaha... tidak mudah menghabisi nyawa saya!"
     Bisma kembali menyerang Laksmi, Paramitha membantunya, mereka berdua bekerjasama. Saling pukul, tendang, bahkan tubuh mereka terhempas bergantian, merobohkan pohon yang ada disana. Angin kencang terus saja meniup, awan merah semakin memerah bak darah.
     Darah merah dan hitam nampak membasahi tubuh mereka. Paramitha terkena sabetan dari kuku tajam milik Laksmi. Ia terluka. 
"Mitha?"
"Mas, ndak apa apa mas, luka kecil…" lirih Paramitha.
"Kamu tunggu, biar saya yang…?"
Belum sempat Bisma meneruskan kalimatnya, Laksmi menariknya ke atas langit.
"Mas!" Teriak Mitha, ia menangis kali ini saat melihat Bisma yang terangkat tinggi bersama Laksmi.
"Hahaha…"
     Tawa Laksmi. Membuat Paramitha kesal dan mengamuk dan  berubah menjadi iblis. Ia kembali mendapatkan tenaganya. 
"Ini lebih adil Laksmi! Lepaskan suami saya! Dia bukan tandingan kamu!" Ucap Paramitha.
"Hahaha... Coba saja!" Tegas Laksmi, dengan mata yang menyala.
"Mitha, jangan!" Cegah Bisma.
     Paramitha tak peduli, ia merobohkan satu pohon besar, dan mengangkatnya. Kemudian, ia melemparkannya tepat ke arah Laksmi. Bisma jatuh terhempas di atas tanah. Laksmi pun sama, namun ia dengan cepat bangkit kembali.
"Sialan!" Ucap Paramitha.
"Mitha!" Bisma kembali bangkit, ia terluka parah pada punggung dan perutnya.
"Mas, mas luka semua?" Ucap Paramitha, panik.
"Kalaupun mati, kita sudah nyelamatin nyawa orang banyak sayang."
"Mas…" lirih Paramitha yang terdengar sedih, kemudian mereka berdua kembali melawan Laksmi. 
     Berulang kali, mereka terhempas dan terluka, Laksmi benar benar sulit untuk dibinasakan.
Paramitha terluka parah, ia terhempas, kepalanya membentur batu.
"Mitha?" Ucap Bisma.
"Mas, saya ndak apa apa mas…" lirihnya sambil menghapus luka yang ternyata entah kemana, darah itu seolah menghilang darinya.
"Biar saya aja." Ucap Bisma.
     Bisma kembali menyerang Laksmi dan Laksmi berhasil menguasai Bisma. Ia mencekik lehernya dan kembali mengangkatnya ke udara.
"Mas…" lirih Paramitha, sambil melihat Bisma.
"Hahaha... sebentar lagi, kamu jadi anak ibu le!"  Ucap Laksmi, sambil mencekik leher Bisma.
"Paklek!" 
Terdengar teriakan dari seorang anak kecil.
"Intan?" Ucap Bisma, saat ia mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.
"Lepas paklek saya!" Teriak Intan. 
"Intan, lari!" Perintah Bisma dan Paramitha, bersamaan.
"Intan?" Ucap Laksmi, sambil melihat Intan di bawah sana.
"Iya, Intan, apakabar Laksmi?"  Ucap Intan.

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang