BISMA DAN MITHA BERTEMU

7.1K 667 87
                                    


"Mas, Bisma ke hutan dulu ya, disaat seperti ini, biasanya banyak burung, sudah lama kita tidak makan daging burung." Bisma meminta izin pada Pandji, untuk pergi ke hutan, ia membawa perangkap alat untuk menangkap burung dan juga pisau lipat.

"Hati-hati, sama siapa kamu pergi ke hutan?" Tanya Pandji yang sedang mengganti oli motor.

"Sendirian saja mas, mbak... Rinjani… paklek pergi dulu, kamu jangan nakal, nanti kita makan daging burung." Ucapnya pada Rinjani, sambil mencium pipinya.

"Hati-hati Bisma..." sahut Ajeng.

"Njih mbak, pamit ya." 

Bisma berlalu dari rumah, ia berjalan menuju hutan. "Mau kemana Bisma?" Tanya Darmin, yang sedang duduk santai di dalam pos ronda.

"Biasa pakde, cari burung, mumpung lagi libur." Ucap Bisma.

"Hati-hati, kemarin pakde Iskandar tidak sengaja mendengar suara aneh di hutan. Mengerikan." Ucap Paijo.

"Serius pakde?" Tanya Bisma.

"Makanya kamu hati-hati disana..." ucap Edi.

"Baik, terimakasih pakde." Ucap Bisma.

Bisma berjalan menyusuri hutan, sementara warga masih berbincang, "Bisma itu anaknya sholeh, tampan dan baik, kasian ya, dia ndak pernah lihat wajah ibu kandungnya." Ucap Edi.

"Iya, tapi baik juga Sukma, dia mau menampung anak-anak yang dibuang atau ditinggal orang tuanya, dulu kan ada anak angkat dia, Bakti dan Damara, mereka merantau ke negeri seberang, sekarang jadi warga asing dan mereka sudah sukses. Itu juga berkat didikan Sukma." Sahut Paijo.

"Hanya saja dia mendadak memuja setan, kata orang-orang sih begitu, di berubah, sekarang saja mulai terasa seram di desa." Ucap Darmin.

"Iya, berapa hari lalu ada harimau di hutan mati dengan isi perutnya hilang, tanya Samsudin, kita waktu itu sedang mencari ikan, menuju anak sungai." Ucap Ujang.

"Iya, seram ya...?" Ucap Eko.

Bisma telah sampai di dalam hutan, ia berhati hati dalam melangkah, agar burung yang ia bidik tidak terbang dan pergi.

"Banyak juga, ada tiga, harus pelan-pelan langkahnya." Ucap Bisma, sambil berisik. Namun langkahnya terhenti, saat seorang wanita yang ternyata lebih dulu menangkap burung incarannya.

"Akhirnya, dapet kan... hahaha..." ucap wanita tersebut sambil tertawa dan mengikat kaki burung dengan tali.

"Halah... kok dia yang ambil?" Gumam Bisma.

Kemudian ia berjalan mencari burung lainnya. 

"Mungkin di sebelah sana..." gumamnya pelan sambil berjalan, menyusuri hutan. Tak lama kemudian, ia mendapatkan lagi burung yang sedang berdiam, tak banyak, hanya satu ekor namun berukuran cukup besar, "Ini dia..." ucapnya, sambil mendekati burung tersebut dan tiba-tiba saja suara seseorang memanggil Bisma.

"Mas!" Teriak seorang gadis.

Burung itu pun terbang meninggalkan Bisma begitu saja bersama angin lalu.

"Haduh... cuk... jancuk..." gumam Bisma pelan dan berbalik badan, melihat gadis yang berada di belakangnya.

"Maaf mas, saya meganggu ya?" tanya gadis itu, sambil mendekati Bisma.

"Oh tidak, tidak menganggu, cuma burungnya hilang karena suara kamu..." sahut Bisma, sambil tersenyum.

"Maaf ya mas, soalnya itu... ada ular di dekat kaki mas tuh..." gadis  itu menunjuk ular yang sedang melintasi kaki Bisma.

"Oh... tidak apa-apa, cuma lewat saja..." sahut Bisma, yang membiarkan ular besar berjalan melewati kakinya dan masuk ke sela rumput.

"Mas tidak takut?" Tanyanya gadis itu.

KETIKA IBU DATANG  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang