Chapter 39

3.4K 367 32
                                    

Adegan kekerasan di chapter ini agak ga menyenangkan, jadi kalau kurang nyaman bisa di skip ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adegan kekerasan di chapter ini agak ga menyenangkan, jadi kalau kurang nyaman bisa di skip ya.

.

Scorpius menendang perut laki-laki yang terjerembab di tanah dengan keras penuh emosi. Dia lagi-lagi merasa sangat marah, semakin marah dan kesal bahwa semua tindakan yang ia lakukan selama ini masih belum mencukupi apapun yang mengganjal dalam hatinya.

Suara deru nafas dan muntahan keluar dari mulut pecah-pecah laki-laki tua dibawah nya. Scorpius hampir menghancurkan rahangnya sendiri karena menekan giginya bergemuruh untuk tidak mengeluarkan tenaganya secara ekstra. Tapi seakan itu tak cukup, pemuda itu menoleh pada wanita yang meringkuk diujung dinding, memohon dengan wajah cekung kotornya, meminta maaf akan apapun yang pernah ia lakukan.

Scorpius tak peduli, dia meludahi laki-laki tua dan kembali mengambil pisau bergerigi yang mungkin semua orang tau itu adalah pisau untuk mengiris roti. Dengan lambaian tanpa ragu-ragu, ia menyayat dan menancapkan benda tajam itu ke lengan, perut dan betis laki-laki tua. Berkali-kali tanpa ampun hingga percikan darah mengotori jubah hitamnya dan topeng yang ia kenakan.

Suara teriakan kesakitan menggema di rumah reyot itu, hingga mungkin saja binatang-binatang diluar sana saling bertubrukan dalam upaya untuk melarikan diri karena mendengar suara menyeramkan itu.

Memekik telinga. Scorpius kembali menekan pisau itu di betis Lucius Malfoy yang kejang tak berdaya. Dengan darah yang keluar cukup deras, pemuda itu membalik tubuh laki-laki tua dengan kakinya, masih memegangi betisnya yang seakan hancur, sehingga kini posisinya berubah menjadi telungkup, merobek pakaian yang tersisa hingga kini meningalkan celana dalam usangnya. Pemuda itu memberikan sayatan lain ke punggung pucatnya yang penuh goresan, dengan ukiran khusus yang ia beri nama sinner. Tulisan itu cukup besar, memenuhi punggung nya dari bahu hingga tulang ekornya.

Scorpius meraih tongkat sihirnya, menekan bekas ukiran itu dengan mantra khusus sehingga cahaya kebiruan muncul dan ia tertawa keras seakan bangga dengan hasil karya nya.

"Ya Tuhan, lihat dirimu pak tua. Hasil seni yang indah. Ku yakin kau akan senang jika seluruh dunia sihir tau seperti apa dirimu saat ini." Scorpius mengambil kamera muggle yang ia curi dari salah satu pejalan kaki di kota sebelum ia mendatangi gunung.

Pemuda itu menarik rambut Lucius hingga laki-laki tua itu kini menghadap kamera sepenuhnya.

"Tersenyumlah, kuyakin keluarga mu akan senang dengan ini. Say cheese!"

Tertawa terbahak saat Lucius mulai kewalahan dengan rasa sakitnya. Laki-laki tua itu terisak dengan tangisan menyedihkan. Tersedu-sedu memohon ampunan. Memegangi perut dan apapun sekitar tubuhnya yang terasa menyakitkan. Itu hal yang indah untuk dilihat menurut Scorpius.

Sudah hampir sepuluh foto yang Scorpius ambil, dan dia melihat hasil nya, tersenyum kecil dengan seringai dan dia meludah lagi pada Lucius. Menendang perutnya agar membuat Lucius kembali terbentur dinginnya dinding tanpa sehelai pakaian hangat.

MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang