10

215K 20.7K 957
                                    

Kebangetan ye kalo ga vote sama komen 😡 maap yaa lama up soalnya mau tripel up tp ga bsa2, tugasnya neror mulu ajg 😩👎🏻

• • •

Pagi hari, Nana terbangun setelah tidur tanpa melewati mimpi. Tidurnya sangat nyenyak dan nyaman sekali semalam. Nana meraih gelas yang berisi air sisa setengah lalu meneguknya untuk memenuhi cairan tubuh. Ia bengong sebentar lalu memegang kalungnya yang masih sangat asing di leher. Diusapnya pelan bandulnya sambil membayangkan Arkan tersenyum padanya. Betapa bahagianya ia sampai suara jam weker menyadarkannya.

Nana turun dari kasur lalu mandi dan bersiap-siap untuk kuliah. Ia ada mata pelajaran pagi, hari ini. Setelah semua siap dan wangi parfumnya tercium di hidung, Nana turun sembari bersenandung pelan.

"Caelah, ada yang abis mimpi indah nih ditemenin sama om kesayangan."

Nana mendelik, "Apaan sih pa. Gaje banget." ia menarik kursi lalu mulai makan sarapannya. Rara kembali dari dapur membawa secangkir kopi untuk Bagas.

"Oh, ya. Kamu nanti pulang naik taksi ya? Papa nggak bisa jemput dan mobil satunya mau dipake mama keluar." ucap Bagas.

"Yaahh...., mama mau kemana emang?"

"Mama mau ke dokter, sayang. Perawatan, biar pelakor-pelakor nggak bisa nyaingin mama yang cantik, semok, manjalita aduhai badai."

Nana mengerjapkan matanya lalu mengangguk patah-patah. Ada apa? Kenapa mamanya bersemangat sekali hari ini? Biasanya ia sangat kalem di tengah-tengah para monyet yang doyan berdebat.

"Ya udah, Nana nanti nebeng Hera aja kalo barengan pulangnya."

Bagas dan Rara mengangguk. Mereka lalu berpisah menuju tujuan masing-masing. Bagas dan Nana menuju UI dan Rara menuju klinik kecantikan terbaik di kotanya. Selama perjalanan mengantar Nana, mobil sunyi seperti biasa. Bagas yang fokus mengecek kurs saham dan Nana fokus membuka tiktok.

Nana sampai di kampus dan Bagas segera menuju kantor. Saat di koridor, Nana bertemu dengan Bara. Pria itu tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangan.

"Riana!"

Perlu diketahui, Bara belum mengetahui panggilan Nana. Pria itu masih memanggilnya dengan Riana. Sebenarnya tidak masalah hanya saja Nana tidak biasa dipanggil Riana kecuali oleh guru. Semua teman-temannya memanggilnya Nana.

"Apa?"

"Abis kuliah ada acara nggak?"

Nana berpikir sebentar, "Hmmm, kayaknya nggak ada deh. Kenapa?"

"Ikut gue ya? Cuman sampe jam lima terus gue pulangin lo. Janji."

"Kemana?" Bara berbalik dan jalan dengan cepat. "Woi, Bara!" Nana segera menutup mulutnya saat orang-orang disekitarnya memperhatikan dengan tatapan berbeda-beda.

"Ikut aja!" sahut Bara lalu menuju ke fakultasnya.

"Apaan sih tu orang? Aneh banget dah."

Sesuai perkataan Bara, Nana segera naik ke motor pria itu karena Bara sudah menunggunya di parkiran. Entah dari kapan yang jelas pria itu terlihat sangat senang saat dirinya mendekat.

"Mau kemana sih?"

"Pantai."

Mata Nana membulat. Pantai. Ia suka pantai. Sudah lama Nana tidak mengunjungi pantai dan bermain pasir. Ia merindukan ombak laut yang bergerak ke arahnya seakan-akan mau menelannya. Angin pantai yang terasa asin dan lengket bersamaan. Ah, ia tak sabar. Tidak menyesal ia menerima ajakan Bara.

BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang