16

178K 20.4K 883
                                    

Target vote 370 + 65 komen (tanpa ku bls)

BTW, TAKUUUTTTT, KALIAN KO NGEGAS BANGET SIH ANJENG 😭😭😭

• • • •

Hari ini Nana dan Arkan berencana untuk olahraga pagi di taman kota. Sebelumnya hanya ada mereka berdua saja namun Devin ternyata mengintili dan akhirnya mereka pun bertiga. Nana sebenarnya ingin menolak, ia masih tidak nyaman dengan keberadaan sang mantan tapi mau gimana lagi, ini demi restu Devin untuk ia menikah dengan bapaknya.

"Nggak usah deket-deket sama bokap gue," Devin terus saja berkomentar sedari tadi. Nana gerak sedikit pun matanya langsung awas dan mulutnya siap untuk memberi komentar. Pria itu duduk di belakang karena tentu saja harus Nana yang di depan.

"Apa? Calon suami gue ini, nggak usah ngatur."

"Gue anaknya."

"Gue calonnya."

"Masih calon jangan sok keras.."

Nana cemberut. Ia lalu mengadu pada Arkan dan benar saja Arkan membelanya. Ia tersenyum songong pada Devin yang sudah menampilkan raut gemas untuk mites Nana jadi gepeng.

Mereka sampai dan Devin cepat-cepat turun lalu memblokade Nana untuk mendekati Arkan. Tapi Devin kalah pintar dengan Nana yang jago akting, pria itu pun akhirnya kalah lagi. Arkan berada di tengah-tengah anak muda itu yang berebutan dirinya. Arkan sekarang merasa seperti membawa anak-anaknya yang berkelahi untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kalian nggak cape dari tadi ribut mulu?"

"Enggak sih. Malahan aku mau buat dia tambah kesel biar langsung pergi. Ganggu kencan orang aja." Nana melirik sinis Devin.

"Nggak gue restuin mampus lu!"

"Devin.." Devin langsung tersenyum. "Nggak pi, bercanda."

"Haha, ada yang takut neh.."

"Nana.."

"Oke, om. Aku diem." Nana pun tersenyum paksa. Devin menahan tawanya. Ia baru sadar kalau mantannya ini lucu sekali. Apa lagi kalau manja dengan Arkan seperti ini. Nana menggandeng erat lengan Arkan. Semasa mereka berpacaran saja paling mentok bergenggaman tangan.

Mereka jalan santai memutari taman. Tidak ada lagi keributan kecil dan gandengan tangan di tangan kanan-kiri Arkan sudah terlepas. Arkan merasa seperti ditempelin makhluk halus tadi.

"Pi, kemarin kampus nawarin beasiswa. Devin belum terima, menurut papi gimana?" tanya Devin di tengah-tengah mereka jalan.

"Jangan terima. Papi masih sanggup biayain kamu kuliah. Biar beasiswanya dikasih ke orang yang lebih membutuhkan aja."

"Gitu pi?"

"Hm. Mungkin ada orang yang lebih pintar dari kamu dan ekonominya sedang sulit, kamu pintar dan ekonomi kita baik, jadi jangan serakah."

"Iya, papiii..."

Nana akui Arkan ini sebagai seorang bapak-bapak termasuk bapak bijak. Suaranya saat sedang menasehati terasa menggetarkan dadanya halus. Nana kesengsem dengan semua tindakan dan perlakuan Arkan. Jadi nggak sabar bangun rumah tangga bareng.

Dan, Devin pun tidak salah kalau ditawarin beasiswa, pria itu termasuk golongan orang pintar. Salah satu hal yang membuatnya menerima cinta Devin ya itu. Dulu ia hanya gadis dengan otak pas-pasan saja yang terbantu privilege orang tuanya.

"Lapar, pi. Cari bubur ayam enak deh kayaknya."

"Nasi pecel aja."

"Gue nggak minta pendapat lo mantaannn..."

"Gue nggak bilang sama lo."

Dan terjadi lagi....

Mereka akhirnya tidak jadi makan bubur ayam atau pun nasi pecel. Arkan memilih makan di restoran ayam yang berlumuran sambal berwarna merah. Nana dan Devin sebagai yang termuda pun memilih ikut saja. Bisa bahaya kalau tidak diturutin.

Arkan berdiri untuk mengangkat telepon sedangkan Nana dan Devin asyik makan. Devin kepedasan, salahnya sendiri memilih level tiga. Devin sebagai seorang pria tidak kuat makan pedas.

"Papii, tolong bukain minum." Devin membuang napasnya melalui mulut. Mulutnya terasa terbakar sekarang. Kebanyakan gaya.

Arkan menjauhkan teleponnya, "Kamu nggak liat papi ngapain?" ucapnya dengan mata melotot. Devin ingin menangis sekarang, di depannya ada Nana yang tengah makan lalu meminum botol air putih dinginnya seakan-akan mengejek dirinya.

Mau minta tolong tapi gengsi. Tapi kalau tidak minta tolong perutnya panas.

"Heh, huh huah. Tolong bukain minum gue huah huah..."

"Lo ngomong sama siapa?" alis Nana terangkat satu. Ia mau balas dendam sedikit karena Devin mencoba memonopoli Arkan.

"Sama lu begooo. Cepetan bukain minum."

"Punya tangan 'kan? Buka sendiri. Nggak usah manja."

"Asli lo ya. Buta mata lo?" Devin menjulurkan tangannya yang berlumur saos berwarna merah. "Cepetan anjir, astaga."

Nana pun akhirnya membuka botol minumnya. "Sampe lo ga ngerestuin gue sama bokap lo, abis lo ya!" Devin memutarkan mata malas. "Bacot!"

"Oh, mau gue aduin bokap lo?"

"Najis pengaduan bangsat!"

• • • •

KALIAN KENAPA SIIIEEE CEPET BGT NYAMPE TARGETNYA 😩😩😩😩😩😩😩 AKU YANG GELAGAPAN NULISNYA ANJIRR

KEBANGETAN YE LU PADA 😭👎🏻

BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang