Nana sakit hati karena dikatai seperti tante-tante oleh pacarnya. Mereka pun akhirnya putus dan Nana mengincar ayah dari mantan kekasihnya.
....
Gimana ya kisah selanjutnya? Ih kepo deh, kalo kepo cek aja yukkk
....
Jangan lupa vote dan komen okey?
...
Setelah dipikir-pikir, Mas Arkan sama Nana sampe disini aja kali ya? Tapiiiiii bakal ada sequelnyakokkkk. Si devin bocah brengsek, biadab, ga ada akhlak, gada otak. Gimana? Setuju gak?
Setuju donggggg. Yakaannn? Pasti.
😊
••••••••••
Nana dan Arkan menghabiskan waktu di Labuan Bajo selama seminggu. Selang tiga jam berpisah dengan anaknya, Nana sudah merengek pada Arkan kalau ia rindu dengan Rana. Nalurinya sebagai ibu sudah muncul dan Arkan hanya bisa menenangkan saja. Istrinya yang mau pergi tapi istrinya juga yang merengek minta pulang lagi. Beruntung ia bisa membujuk istrinya agar tidak mengkhawatirkan Rana terlalu jauh. Toh, ada mama Rara dan papa Bagas juga, mereka pasti selalu membantu Devin si bocah tengik itu dalam menjaga Arana.
Puas liburan berdua saja, Nana dan Arkan kembali ke Jakarta. Nana sontak saja berlari ke arah anaknya lalu ia peluk dan cium-cium.
"Mami kangeeennnn banget sama Rana. Rana kangen mami juga nggak?"
"Eungg.. Eunggg.." sahut Arana sambil menggerakkan tangannya menyentuh wajah Nana. Nana tersenyum lalu kembali memeluk tubuh anaknya. Suaminya, Arkan, duduk setelah membawa koper besar berisi oleh-oleh dari Labuan Bajo.
Kayla ikut tersenyum canggung, ia mengulurkan tangannya dan Arkan segera menjabat Kayla. "Kayla, om. Temennya Devin." ujarnya setelah menghirup punggung tangan Arkan. Arkan dan Nana secara bersamaan menganggukkan kepala. "Yakin nih temen aja?" sahut Nana menggoda Kayla yang mulai memerah.
"Beneran, tan."
Nana cemberut. Ia lalu menatap Arkan, "Mas, aku emang udah kayak tante-tante ya? Aku kira umur kami sama." Arkan gelagapan menjawab pertanyaan istrinya. Duh, si Kayla pake manggil tante segala sih.
"Enggak, sayang. Anu, Kayla, ini Nana, istri saya, umurnya seumuran sama Devin. Dia menikah muda dengan saya."
Kayla tentu saja shock. Ia menggigit bibirnya lalu menatap Devin yang pasrah sambil mengangkat bahunya. "Ya ampun! Maaf, maaf, aku eh saya enggak tau. Eung.. manggilnya jadi apa?" Kayla kebingungan sendiri. Ingin menangis tetapi malu. Ia meremat tangannya dan tanpa sadar meremas ujung baju Devin. Devin mengangkat alisnya lalu berlagak tidak terjadi apa-apa.
Nana yang masih sedikit cemberut menatap wajah Kayla yang panik dan menggigit bibir dalamnya. Nana tertawa dalam hati, seru ya bikin orang panik. "Mami aja. Biar sama kayak Devin." Kayla sedikit terkejut. Yang bener nih? Mami? Dia siapa woi! Punya hubungan sama Devin aja amit-amit.
"Eh, m-maksudnya gimana?"
Nana mendekati Kayla lalu mengamit lengan gadis itu. Sekilas ia melirik tangan Kayla yang meremat ujung baju Devin lalu ia kembali menatap wajah manis Kayla.
"Manggilnya mami aja. 'Kan gue udah jadi istri bokapnya Devin. Umur berapa lu?"
"Tu-tujuh belas tahun.."
"Santaiii. Santaiii... kayak di pantai. Mas, aku ngobrol sama Kayla dulu ya? Bye-byeee..."
Nana segera membawa Kayla dan menggendong Rana pergi ke kolam renang yang dihiasi lampu-lampu di sekelilingnya. Mata Kayla berbinar. "Cantik banget..."
"Makasih. Btw, beneran masih tujuh belas?"
Kayla mengangguk. "Iya. Lo? Eh kamu eh..."
"Lo-gue aja. Gue masih dua puluh tahun. Hahaha... santai aja kali mukanyaaa..."
"Kaget," cicit Kayla.
"Ranaaa... tadi main sama kakak Kayla yaa?" Nana berbicara pada Arana yang memainkan tangannya dari tadi. Arana sontak langsung mengangkat kepalanya. Ia tertawa sambil berlonjak-lonjak. "Lo pasti disuruh Devin 'kan buat bantuin jaga Arana?"
"Iya. Sumpah. Anak laki lo bikin gue gedeg banget."
"Nggak heran. Kelakuannya emang amit-amit tapi ketolong sama mukanya yang cakep."
"Hahaha...."
Mereka mengobrol selama setengah jam karena ponsel Kayla berbunyi. Ternyata, bunda Kayla yang menelpon untuk menyuruh segera pulang. Dengan berat hati, Kayla berpamitan pada Nana, Arkan juga Arana, si bayi menggemaskan nan lucu itu. Devin? Pria itu mengantar Kayla pulang atas suruhan papinya. Tapi, meski begitu, ia juga sebenarnya mau mengantarkan gadis itu dengan selamat sampai rumah tapi keduluan dengan ucapan Arkan.
Begitu cepat waktu berlalu, hari sudah berganti lagi. Nana tersenyum melihat gaya posisi Arana yang sudah tidak karuan dan Arkan yang terlihat tidak terganggu dengan posisi anaknya yang sudah memutar puluhan derajat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nana berpindah tempat, ia berbaring di lengan suaminya, hampir setengah tubuh suaminya ia jadikan tempat berbaring. Tubuh Arkan benar-benar nyaman sekali. Pasti kalian iri.
Nana menciumi wajah Arkan dan selang beberapa saat, mata suaminya terbuka.
"Pagi, mas..."
"Pagi, sayang."
Arkan bangkit dengan membawa istrinya ke gendongan dan melangkah menuju kamar mandi. Arkan menurunkan Nana di ujung wastafel. Dengan sergap, Arkan menjatuhkan wajahnya di lekukan leher Nana lalu menggigitinya.
"Masih pagi masss.... jangan mancing deh." ujar Nana sambil mendorong pelan tubuh suaminya. Arkan sedikit mengerutkan kening lalu memajukan wajahnya untuk mencium bibir sang istri tetapi sepertinya Nana lebih cepat memalingkan wajah sehingga Arkan hanya mencium pipi istrinya.
"Why?"
"Nggak mau sebelum sikat gigi."
"Ck! Awas kamu ya!"
Arkan lalu menurunkan istrinya dan segera mengambil sikat giginya. Ia menyikat dengan cepat sambil memandangi Nana. "Pelan-pelan. Nanti berdarah gusinya." sesuai intruksi, Arkan memelankan gerakannya.
Selesai menyikat gigi, Arkan segera menyerbu Nana dengan agresif. Nana tertawa melihat kelakuan suaminya yang tidak pernah puas. Mereka pun akhirnya melakukannya di kamar mandi dengan guyuran air hangat dari shower yang menambah suasana panas bercinta mereka.