••••••••
Nana menangis pilu saat menatap anaknya yang tertidur. Ia tidak tahu mengapa bisa tiba-tiba menangis sesegukan seperti ini. Nana merasa gagal menjadi ibu saat melihat Rana menangis kencang saat ditinggal mandi sebentar. Mama papanya tidak sedang di rumah, suaminya kerja dan Devin tengah ke kampus. Pembantunya tidak ada yang ke atas karena area atas terutama kamarnya adalah area pribadi dan tidak sembarang orang bisa naik ke lantai atas ini.
Nana menciumi anaknya dengan lelehan air mata. Suasana hatinya turun seketika. Ia sedih sekali saat melihat wajah Rana memerah saat menangis tadi. Ia menyalahkan dirinya kenapa tidak cepat mandi.
"Hiks.., maafin mami, Ranaaa.., mami teledor..., mami nggak becus jagain Ranaa, maafin mami, nak..." raung pilu Nana.
Ia menangis sampai tertidur dengan anaknya yang berada di pangkuan. Nana tersentak saat Arkan membangunkannya dengan tersenyum. Ia tidak tahu kenapa senyum itu terlihat sangat menyebalkan di matanya.
"Nggak usah senyum-senyum! Pulang lama banget habis mampir kemana? Habis dari luar itu langsung bersih-bersih, jangan pegang pegang atau sentuh anak aku!" Nana menatap suaminya tajam. Ia baru menyadari anaknya sudah tidak ada di pelukannya saat bergerak untuk meregangkan ototnya yang kaku. "Ranaaaa..., Rana mana masss?"
"Tenang, sayang. Mas pindahin Rana ke kasurnya. Kasihan, dia nggak nyaman tidur di pangkuan kamu yang lagi tidur. Sebelum pegang Rana, mas sudah cuci tangan kok."
Nana mencebikan bibirnya ke bawah, hatinya tertohok saat mendengar Arkan mengatakan kalau anaknya tidak nyaman di pelukannya. Ia memang baru menjadi seorang ibu, tetapi, apa tidak bisa Arkan membahagiakannya yang sudah bersusah-payah menjaga, menyusui, merawat Arana dengan sepenuh hatinya. Bukan malah diberi kata-kata tidak mengenakkan seperi ini.
"Iya, mas. Aku tau, aku masih baru jadi seorang ibu, aku masih amatir. Aku sadar masss..., tapi, aku juga sedih kalau Rana tidak ada dipelukan aku dan kamu malah bilang Rana nggak nyaman aku peluk. Aku cuman mau didekat anak aku mas, aku ngerasa gagal kalau Rana sampai nangis. Hiks...,"
"Sayang? Bukan begitu maksud mas," Arkan panik. Ia segera duduk di sebelah Nana lalu merangkul istrinya yang memberontak. "Hey, bukan seperti itu maksud mas. Mas cuma khawatir kalau Rana jatuh sedangkan kamu sedang tidur. Kamu ibu yang hebat, jangan pernah berpikir kalau kamu gagal merawat Rana."
Nana menatap suaminya dengan berlinangan air mata. "Ta-tapi aku gagal jadi istri kamu. Aku gendut sekarang, aku udah nggak menarik lagi di mata kamu. Hiksss," Nana melepaskan rangkulan Arkan lalu berbaring menyamping, memunggungi sang suami.
Arkan mengurut keningnya, ia bingung ada apa dengan istrinya. Kenapa bisa menjadi sangat sedih seperti ini. Suasana hati istrinya seperti roller coaster sekarang.
Tanpa berbasa-basi, Arkan merebahkan dirinya lalu memeluk istrinya yang punggungnya bergetar. Ia mengusap perut Nana dengan sayang. "Mas nggak pernah permasalahin perubahan bentuk badan kamu, sayang. Selagi kamu sehat dan kamu nyaman, mas nggak akan permasalahin. Mas selalu sayang kamu dan mas akan selalu tertarik dengan kamu. Mas cinta kamu karena hati kamu, karena kamu bukan karena tubuh kamu. Memang, mata seorang lelaki pasti akan selalu melihat seorang wanita dari hati dulu tetapi karena hati kamu berada di dada, jadi mata mas lihat dada kamu dulu. Dan sekarang kamu tambah berisi buat mas senang. Mas senang kalau kamu makin berisi, sayang. Mas senang mainin squishy ini." ucap Arkan lalu meremas payudara istrinya.
"Mas, ih!"
"Hahaha..., sudah, jangan sedih. Kamu nggak boleh setres sayang, nanti Rana ikut sedih loh kalau maminya sedih terus gini."
"Uuueee.... Ueeeee...." tangis Rana pecah seketika. Arkan tersenyum lalu segera bangkit dan mengangkat anaknya. Ia duduk di sebelah istrinya yang sudah bangkit dari tidurannya.
"Nih, dek, mami lagi sedih. Bilangin mami kalau mami nggak boleh sedih-sedih.. nanti papi sama Rana ikut sedih..., bilang dek... eh, mami kayaknya udah nggak sedih dek, tuh lihat, mami senyum..."
Nana tersenyum melihat interaksi Arkan dengan bayinya. Ia merasa terobati setelah melihat Arkan yang bercanda ria dengan anaknya. Nana mendekati suaminya lalu menyenderkan kepalanya di pundak sang suami.
"Maaf, mas, sudah marah-marah dan cengeng banget. Terima kasih karena selalu ada di samping aku dan ngasih nasihat.."
"Sama-sama, sayang. Udah, sekarang kita mandi yuk? Hmmm bau acem Rana ih...," Arkan mencium ketiak anaknya dan dibalas senyuman Rana. Mereka pun akhirnya mandi bersama dengan Arkan yang keluar paling terakhir.
•••√√√
"Mi, minta duit dong."
Nana melirik sinis Devin yang menyengir padanya. "Kemarin udah ditransfer lima juta masih kurang?" Devin mengangguk. "Ya elah miii, Jakarta lima juta sampe tenggorokan doang."
"Tenggorokan udelmu bolong! Jangan boros ah Vin, inget, kamu itu udah gede, harus bisa ngatur keuangan."
Devin menatap mantannya itu dengan sedikit kagum. Perubahannya pesat sekali. Nana semakin dewasa dan keibuan sekali setelah melahirkan Rana. Ia melirik papinya yang malah semakin kekanakan setelah lahirnya Rana. Ini dunia terbalik banget nggak sih?
"Pi, duit dong."
Nana melotot, "Kamu ya, dinasehatin malah ngehindar mulu. Mami kutuk kamu."
"Eh? Eh? 'Kan bukan mami kandung, mana nyampe. Hahahaha..., kamu? Mau nyingkirin aku? Nggak bisa tsaaayyyy...."
"Maaasssss ih! Anak kamu nyebelin banget! Potong aja ah jajannya."
"Ya elah mi, ngambekan banget. Lihat tuh ada Rana yang lagi nenen. Nggak inget umur aja."
"Apaan? Umur mami sama ya kayak kamu." balas Nana sambil mendelik. Devin menggaruk rambutnya, "Maksudnya, nggak inget status aja yang udah jadi emak-emak."
"Sorry, bos! Emak-emak gaul, kece, binti bahenol nih! Senggol dong!"
"Ih, najis!" Devin berlagak ingin muntah. Arkan yang sedang tiduran di paha Nana itu mengerang.
"Bising bet dah kayak jalan! Sehari aja nggak adu cocot bisa nggak? Tertekan papi."
Dengan santai tangan Nana melayang ke pipi suaminya. "Tertekan aku mas, masih nyusuin Rana kamu malah enak-enak tiduran di paha aku. Nggak lihat anak kamu ini udah gendut banget. Pegel ini tangan kuuuu...,"
Devin berdiri sembari mengangkat tangannya, "Waduh, nggak ikutan nih kalo gini. Gua ke kamar dulu ya bos." ucap Devin lalu berlari menaiki tangga meninggalkan mami papinya serta sang adik yang masih berada di ruang keluarga.
"Ya Allah, sayang. Maaf deh...,"
"Pijitin tangan aku."
Arkan menatap melas Nana. Tetapi melihat tatapan tajam sang istri yang seperti laser membuatnya mengalah. Ia menghembuskan napas lalu memijit lengan istrinya sembari curi-curi pandang ke arah dada istrinya.
"Nggak usah mesum! Anaknya lagi nen jangan ambil jatahnya."
•••••

KAMU SEDANG MEMBACA
BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]
RomantikNana sakit hati karena dikatai seperti tante-tante oleh pacarnya. Mereka pun akhirnya putus dan Nana mengincar ayah dari mantan kekasihnya. .... Gimana ya kisah selanjutnya? Ih kepo deh, kalo kepo cek aja yukkk .... Jangan lupa vote dan komen okey? ...