20

206K 19K 2.9K
                                    

Alhamdulillah gais berkat doa kalian badanku lumayan enakan dan tenggorokan udh ga sakit lagi pas minum, makasi yaaa yg udh do'ain 🥺🥺🥺🥺 sayang kaliaannn ga boong ko ini beneran sayanggg 😩😘💘💘💘

Btw, karena aku sempet2in nulis di keadaan ku yang kayak gini, boleh lah votenya nyampe 600 komennya 300 biar aku bisa istirahat ☺😘💃🏻

• • •

Nana terbangun dengan mata yang bisa dibilang sangat sembab. Ia masih terbayang-bayang dengan perkataan pedas orang-orang padanya tadi. Kepalanya menggeleng untuk mengusir suara-suara mengerikan itu. Nana menjerit sambil menutup telinga. Ia tersiksa. Hatinya perih dan sesak sekali.

Arkan yang mau melihat keadaan Nana sebelum dirinya pulang pun mendengar jeritan Nana dan segera masuk ke kamar. Ia melihat Nana yang sudah ada di bawah kasur sambil melipat kaki dan menelungkupkan kepalanya di sana. Kondisinya kacau sekali sekarang. Arkan tidak tega. Ia benar-benar marah dengan orang yang sudah membuat gadisnya menderita seperti ini. Tunggu saja balasannya.

"Nana? Hey, ini saya, Arkan.."

Arkan mencoba menyentuh bahu Nana dan ia merasakan dadanya sesak saat sentuhannya ditolak. "Enggak! Kamu pergi sana! Kamu pasti jijik 'kan sama aku? Ngaku! Orang-orang udah jijik sama aku, aku enggak pantes hidup kayaknya. Aku mau mati, mereka jahat banget... aku benci, aku benci!" Nana menjerit dan memukul-mukul kepalanya. Arkan segera memeluk Nana dengan mata terpejam.

"Syuttt, kamu berharga buat saya. Kamu yang terbaik di mata saya. Jangan berpikir buat tinggalin saya. Saya mohon... kamu masih pantas hidup. Kamu mau kita menikah 'kan? Saya mau melihat kamu yang tampil cantik di pernikahan kita nanti, melihat perut kamu membesar mengandung buah cinta kita, melihat anak kita yang mulai bisa berbicara dan berjalan, lalu melihat anak kita tumbuh dewasa. Kita harus bersama-sama sampai tua nanti. Mungkin saya duluan yang tua? Haha.."

Arkan tertawa paksa. Ia lega karena Nana tidak memberontak lagi. Gadis itu bahkan sudah mau menggenggam kemejanya dengan erat. Ia menggeleng, "Mas Arkan nggak bakal tua..."

Arkan tersenyum lembut, ia menjauhkan badan mereka lalu menangkup pipi Nana lembut dengan sorot mata tajam namun sekaligus menenangkan untuk Nana. Tatapan Arkan seakan menjadi obat penenang di segala kekacauan Nana.

"Saya pasti tua. So, kamu mau melihat saya menua nanti 'kan?"

Nana mengangguk. "Mauu..." Arkan tersenyum lebar. Nana berdebar karena pertama kali melihat Arkan tersenyum begitu lebar dan tulus untuknya.

"Sayang mas Arkan.." Nana memeluk leher Arkan erat. Ia tidak mau berpisah dengan Arkan. Arkan adalah obatnya. Mungkin pertama ia memang iseng untuk mendekati Arkan tapi lambat laun, perasaannya tidak iseng-iseng lagi. Perasaannya untuk Arkan benar-benar tulus dan lebih besar dari pada bersama Devin dulu.

"Kamu mau makan bareng saya?"

Nana mengangguk. "Di bawah masih ada teman-teman kamu. Kamu harus merasa beruntung karena masih banyak orang yang sayang sama kamu. Tidak perlu terlalu memikirkan perkataan orang yang tidak-tidak. Kamu bisa setres nanti." Nana mendengarkan khotbah Arkan dengan khidmat. Kalau sudah seperti ini, terlihat jelas sekali perbedaan usia mereka. Arkan lebih dewasa dan ia yang masih childish.

BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang