8

213K 19.4K 679
                                        

Vote komen pantek 😡

. . .

Nana dan Hera berjalan berdampingan di koridor universitas ternama. Mereka lolos seleksi meskipun jurusan yang dipilih berbeda. Hera lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau medis, maka Hera memilih kedokteran dan Nana administrasi perkantoran.

"Capek banget meski cuman duduk doang dengerin kating cerita."

"Hmm..., mana kating di kelas gue judes banget lagi orangnya. Amit-amit dah, btw, ngafe yuk!"

Hera menggeleng, "Gak bisa gue, abis ini mau nemenin nyokap arisan keluarga." Nana mendesah kecewa. Ia lalu mengangguk, "Ya udah. Gue sendirian aja. Salam sama tante Mila."

"Sip. Gue salamin ntar. Duluan yaa!"

Nana melambaikan tangannya. Hera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Nana yang masih menunggu jemputan papanya datang. Cuaca hari ini panas sekali. Nana berkeringat meskipun sudah berteduh di bawah pohon rindang dekat jalan raya.

"Lama banget dah jemputan dateng."

Nana terlonjak saat mendengar suara klakson motor yang berhenti tepat di depannya. Alisnya menukik tajam melihat siapa pengendara bar-bar tersebut. Nggak punya sopan santun sekali. Helm terbuka dan seorang pria berwajah oriental tersebut melemparkan senyuman manis.

"Hai!"

Nana menatap pria tersebut dengan mengintimidasi. Tampan tapi freak. "Iya." balasnya singkat.

"Lo maba ya? Kenalin, gue Bara."

Nana hanya menatap uluran tangan Bara sampai pria itu salah tingkah dan menariknya kembali. "Riana." Bara mengangguk. "Namanya cantik, secantik orangnya." Nana tersenyum paksa. Kelihatan sekali ia tidak nyaman.

"Lo lagi nunggu jemputan atau taksi lewat?"

"Nunggu jemputan. Lo kalo nggak ada keperluan yang penting mending sono dah. Ngalangin pandangan gue aja."

Bara tertawa pelan. Nana akui Bara memiliki wajah yang tampan dan karismatik. Tapi sayangnya, Nana tidak tertarik. Bara terlihat seperti kating yang suka menggoda adik tingkatnya dan dijadikan koleksi.

"Gue temenin lo nunggu jemputan. Banyak preman di sini."

Nana langsung melihat kanan dan kirinya was-was. Bara berbohong atau memang benar? Di sini ramai anak kuliahan dan jalanannya sangat ramai. Sangat tidak mungkin bukan kalau ada preman di siang bolong?

"Ngaco lo! Nggak usah nakut-nakutin gue deh."

"Ya udah kalau nggak percaya. Tapi gue bakal tetep temenin lo. Ntar diculik populasi perempuan cantik Indonesia berkurang."

"Mulutnya ya. Belum pernah kena tinju ya?"

Bara turun dari motornya setelah menepikan ke pinggir. Ia berdiri di sebelah Nana dan bisa Nana cium aroma parfum Bara yang menusuk namun lembut bersamaan. "Udah kok. Gue dulu SMA sering tawuran." Bara mengucap dengan santai. Memang tidak asing tapi Nana tetap saja kaget mendengar ada orang yang mengaku pernah tawuran.

"Bangga lo? Sarap kali ye."

Bara tertawa sekilas lalu melihat ke atas. Awan hitam mulai mengumpul dan sepertinya sebentar lagi hujan akan turun deras. Ia lalu melihat gadis di sebelahnya ini yang manyun karena lama menunggu sesuatu yang tidak pasti. Seperti balasan cinta crush mu mungkin.

BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang