42

127K 13.9K 2.8K
                                    

Hi manieezzzzz

Nungguin ya?

Duh, gimana ya aku ga semangat nulis kalo pada ga vote

Target aja kali ye?

Yg baca juga puluhan tu gua liat-liat 🧐🧐

Target vote 6,5k + 1k komentar

Ga susah kan?

Aku aja mikirnya susah ☺😤

Tetep stay healthy ye guiseee, banyak minum air putih jgn boba mulu 🤬 aku domisili samarinda klo ada yg sekota, bisa lah kirim xiboba😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊

•••••••••••••••••

Seiring berjalannya waktu, perut Nana pun semakin membesar. Sudah enam bulan dan tiga bulan lagi, baby A akan lahir ke dunia. Menikmati harta papi Arkan yang pasti membuat Devin cemburu-cemburu manja. Tetapi, Devin bersumbangsih dalam memberi nama untuk adiknya nanti. Mau tau? Nggak usah gin, biar jadi kejutan aja nanti.

"Devin, temenin mami ke kantor papi, ya? Sekalian mau anterin makan siang."

Devin mengangkat kepalanya dari bantalnya. Nana berdiri di antara pintu kamarnya sembari mengusap perut buncitnya. Nana dimatanya sudah tidak seperti mantannya atau seusianya melainkan sudah ia anggap maminya sendiri. Wajah Nana semakin hari semakin memancarkan aura keibuan yang membuatnya nyaman. Bukan tua tapi semakin bersinar. Perawatan dari Arkan 'kan mahal.

"Iyaaa,"

Devin berdiri lalu bersiap-siap. Meski masih sering berdebat dengan Nana dan Arkan sebagai penengah, ia tetap mau menemani Nana bepergian kalau sedang tidak sibuk. Bisa dicabut namanya dari penerus tahta perusahaan Biantara Group. Meski ia sudah berpenghasilan dari menanam saham di perusahaan besar, tapi tetap saja ia masih membutuhkan tahta tersebut. Ia mau mencoba menjadi pemimpin.

"Dek, nanti kalau mami sama papi bulan madu lagi, kamu sama abang ya? Minta abang ajak jalan-jalan biar kamu nggak bosen. Okey?"

Devin melotot. Masih dalam kandungan sudah didoktrin untuk merecokinya, apa lagi kalau sudah brojol? Bisa-bisa hidupnya semakin tidak tenang. "Dek, jangan dengerin apa kata mami. Kamu pokoknya nanti ikut sama mami aja ya? Abang sibuk." Nana mengangkat alisnya. Ia tersenyum lalu mengusap perutnya, "Tuh, denger 'kan dek? Abang nggak sayang sama kamu."

"Nggak gitu, dek. Mami kamu sesat. Jangan di dengerin ya."

"Kamu kok nyalahin mami?"

"Lah?"

"Apa? Tau ah. Emang ya, semua cowok sama aja. Sama-sama nggak pernah ngertiin perasaan cewek."

"Loh? Loh? Apa nih? Kok jadi marah-marah ke Devin?"

"Terus ke siapa? Ke dedek? Tega kamu marahin dedek yang masih di dalam?"

"Kok jadi bilangin aku tega?"

"Tau ah. Males ngomong."

BAPAK MU SEMANGAT KU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang