Jeongyeon melempar satu setel pakaiannya setelah pintu lemari ditutup. Karena refleks Dahyun langsung menangkap pakaian tersebut. Sang pemilik kamar beranjak keluar tanpa sepatah katapun. Bahu lebar Jeongyeon mulai bertabrakan dengan dinginnya tembok luar kamar.
Dahyun menghembusakan nafas panjang. Ia tidak menyangka Jeongyeon masih bisa berbaik hati kepadanya. Namja tinggi itu masih bisa menunjukkan sikap peduli kepada orang yang membuat teman kecilnya sendiri menderita. Dahyun merasa sangat malu.
Sudah 10 menit Jeongyeon menunggu, namun orang yang ada di kamar belum juga keluar. Untuk memastikan Jeongyeon melangkah masuk kembali ke dalam. Dari kejauhan Jeongyeon mendapati Dahyun sedang berdiri di dekat meja belajarnya.
"Kau masih menyimpannya?" Dahyun bersuara. Ia sadar dengan kehadiran Jeongyeon yang berdiri cukup jauh di belakang.
Pandangan Dahyun masih tertuju kepada potongan badan dari boneka kayu yang sempat ia kagumi 14 tahun lalu, milik Nayeon.
"Keluar dari kamarku" Suara dingin Jeongyeon menggema, namun Dahyun tidak mengindahkannya. Pandangan namja itu masih stay pada potongan kayu tersebut.
"Tidak bisakah kau melupakannya, Jeong?"
"Mwo?" suara Jeongyeon terdengar bergetar, dadanya serasa sesak dan tangannya juga mengepal kuat. Kejadian itu terus terngiang di otaknya.
Tanpa ragu Dahyun memutar tubuhnya. Manik antar sahabat itu bertemu untuk pertama kalinya selama 14 tahun.
Air mata mulai memenuhi pelupuk Dahyun. Tangan namja itu juga mengepal bersama rasa sesak bak terhimpit didadanya.
"Tidak bisakah kau melupakannya dan memaafkanku?"
Kini air mata Dahyun sukses menetes. Sekuat apapun ia menahan hasilnya akan sia-sia karena air mata itu terus menetes tanpa permisi. Menyeka air mata bukanlah hal yang penting disaat seperti ini.
"Hentikan omong kosongmu dan keluar dari kamarku!"
Lagi, suara Jeongyeon terdengar gemetar dan tangannya semakin mengepal kuat. Yoo masih menahan emosi terpendamnya agar tidak meluap.
Kim Dahyun memperhatikan gesture Jeongyeon. Ia sadar untuk berbaikan dengan Jeong tidak akan mudah jika dirinya terus berkata lemah lembut. Sebuah smirk menyungging diwajah tampan Dahyun.
"Wae? Kau pikir hanya dirimu satu-satunya orang yang menderita di dunia ini?"
~ǀ~ǀ~ǀ~ǀ~ǀ~
* PRAK *
Semua orang mendongak ke arah langit-langit. Sana yang sedari tadi menahan cemas langsung bangkit dari sofa yang didudukinya. Ia berlari menelusuri tangga guna menuju ke sumber suara yang didengar.
Sana yakin hal yang tidak beres akan terjadi, jika kedua sahabat kecilnya itu sudah bersama tanpa ada orang lain disisi mereka.
Usai melihat Sana berlari bak orang kesetanan, NaMoChaeng saling bertukar pandang. Berhubung mereka penasaran dengan asal suara plus respon Sana yang terlihat panik, ketiganya kompak bangun dan bergegas menyusul ke lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Miracle [2Yeon] ✓
FanfictionBisa mencintaimu adalah sebuah misteri yang masih aku pelajari hingga saat ini. Kamu dan sikap dinginmu membuatku semakin penasaran dengan Siapa Yoo Jeongyeon yang sebenarnya. Aku hanya penasaran, aku hanya ingin mengetahui tentangmu lebih ban...