#5 tahun 11 bulan yang lalu (17:46 KST)#
Sore itu dimana salju pertama mulai turun, dimana desiran angin musim dingin mulai berhembus seseorang mulai membuka kedua matanya.
Rasa nyeri di kepala dapat ia rasakan, bunyi dengingan juga ikut menerusup ke pendengaran, kini visual yang berbayang itu mulai terfokus kembali.
Yoo Jeongyeon mendapati kaki dari seorang pria berbadan besar yang baru saja keluar dari truck barang yang berhantaman dengan mobilnya beberapa saat lalu. Tidak ada hitungan menit, sebuah mobil lain datang dan orang bertato itu masuk ke dalam jeep hitam tersebut.
Pandangan Jeong beralih pada kaca yang terserak, tangan yang menggelantung, serta tetesan darah yang berasal dari keningnya mengucur searah laju gravitasi.
Kenapa harus kecelakaan dengan posisi begini, sih? Menyusahkan saja! –sesalnya.
Menyadari jalanan sepi dan tidak adanya pertolongan yang kunjung datang, Jeongyeon memutuskan untuk keluar dengan usahanya sendiri. Namja itu bersusah payah menggapai dan menekan knop seatbeltnya hingga terlepas.
*CEKLEK*
*BRUK*
"Argh" ringisnya.
Jeongyeon merangkak keluar dari mobil. Ia acuh pada pecahan kaca yang menempel sekaligus menggores tangan, tubuh serta wajahnya sekalipun. Saat ini bukan sakit ataupun nyeri yang ia rasakan, melainkan khawatiran atas keselamatan Nayeon.
Bersama kaki yang terpincang, Jeongyeon berjalan menuju bangku penumpang. Pintu yang sudah remuk berhasil ia buka dan dengan sangat hati-hati dirinya mulai menurunkan serta mengeluarkan Nayeon dengan perlahan.
*DUAR*
Sebuah ledakkan besar membuat 2yeon terpental hingga beberapa meter. Nyeri dan panas pada punggung benar-benar dapat Jeongyeon rasakan.
Yoo bangkit dan mulai menggendong gadisnya. Luka di sekuju tubuh tidak ia gubris, karena bagi seorang Yoo Jeongyeon yang terpenting saat ini adalah Im Nayeon – yeoja yang bersandang sebagai kekasih sekaligus sahabat kecilnya.
Di kondisi yang seperti ini, Jeongyeon tetap memaksakan kakinya untuk berjalan sejauh 1,5km bersama Nayeon di punggung.
Lantas mau bagaimana lagi?
Langit yang menghitam, banyaknya salju yang turun, dan dinginnya cuaca malam ini pasti membuat siapapun malas ke luar rumah – sehingga sepanjang jalan Jeongyeon tidak mendapati satu mobilpun yang melintas.
Itulah mengapa ketika tiba di IGD rumah sakit, Jeongyeon langsung terkulai lemas di lantai. "Tolong bantu teman saya" lirihnya.
"Han Byul-ssi tolong bawa haksaeng ini ke bed yang kosong, dan panggil dr.Kim. Aku akan menangani yang namja" ucap seorang perawat yang berlari mendekat.
"Arasseo"
"Mari, kau juga harus diobati haksaeng"
"Aniya, ganhosa-nim. Tolong selamatkan dia dulu"
"Tenang saja, temanmu akan kami selamatkan. Saat ini kau juga butuh penanganan medis"
"Tapi–"
"Siapa namamu?"
"Jeongyeon, namaku Yoo Jeongyeon"
"Lihatlah Jeongyeon-ssi, sudah ada euisa-nim yang menangani temanmu. Sekarang biarkan aku mengobatimu" tegas perawat tsb.
Akhirnya Jeongyeon menurut dan bangkit dari lantai. Ia mengikuti langkah ganhosa ke salah satu bed.
Setelah mendapat 8 jahitan, sebuah handphone terulur. Jeong menatap sekilas dan sedetik kemudian pandangannya beralih kepada ganhosa di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Miracle [2Yeon] ✓
Fiksi PenggemarBisa mencintaimu adalah sebuah misteri yang masih aku pelajari hingga saat ini. Kamu dan sikap dinginmu membuatku semakin penasaran dengan Siapa Yoo Jeongyeon yang sebenarnya. Aku hanya penasaran, aku hanya ingin mengetahui tentangmu lebih ban...