Love Is Miracle - 18

461 114 10
                                    

Selangkah demi selangkah dari Park Jimin semakin mendekat ke arah Jeongyeon yang saat ini sedang memukuli wajah Jin. Smirk Jimin mengembang ketika melihat musuhnya malah tidak sadar dengan kehadirannya di belakang.

Tersisa 3 meter kurang jarak antara Jeongyeon dan Jimin. Ujung pisau yang mengkilat itu siap ia hunuskan ke arah Jeong.

Semoga kau tenang disana, Yoo Jeongyeon –monolog Jimin seraya tersenyum kemenangan.

Satu ..

Dua ..

Tiga ..

Jimin berlari ke arah Jeongyeon dan...

*BRUKK*

"Argh!!"

Namja bermarga Park itu ikut tersungkur saat seseorang malahmenendang punggungnya dari arah belakang. Jeongyeon dan Jin menghentikan perkelahiannya sejenak untuk menoleh ke arah sumber suara – sedetik kemudian, Jin berlalu dari hadapan Jeongyeon.

"Aigo bukankah 3 lawan 1 itu keterlaluan?" ketus seseorang sambil berjongkok guna mengambil pisau yang tadi Jimin keluarkan.

"Pfftt – kalian bahkan membawa senjata? Apa kalian baru belajar berkelahi, huh?" sambungnya kemudian.

Namja tinggi itu segera berdiri di samping Jeongyeon. Almamater yang sedari tadi di pegangnya langsung ia hempas ke tanah.

"Siapa kau? Pergilah jangan mencampuri urusan kami!!" geram Jimin yang mulai bangkit kembali. Ia berjalan menghampiri Taehyung dan Jin.

"Kau tidak tahu? Aku jelas temannya" ucap namja tersebut yang langsung mendapatkan tatapan bingung dari Jeongyeon.

"Aku bahkan tidak mengenalmu" gumam Jeong.

Namja itu menggeser sedikit tubuhnya ke arah Jeongyeon dan mulai bergumam tidak kalah pelannya.

"Yak, tidak bisakah kau berpura-pura mengenalku? Aku sedang berbaik hati ingin menolongmu padahal"

"Terserah" pasrah Jeong.

"2 lawan 3? Kalian masih kalah jumlah, bung" ucap Jin.

"Kalian bertiga bahkan sudah tampak kacau setelah melawannya, apalagi melawanku" ucap namja itu percaya diri. Lengan seragam putinya segera ia gulung ke atas.

"Berhenti membual, brengsek!"

"KIM TAEHYUNG!!!"

Suara bentakkan Jeongyeon menggema. Ketiga siswa itu segera menggurungkan niatnya untuk menyerang Jeongyeon kembali. Namja asing di sebelah Jeong juga ikut menoleh ke arahnya.

"Kau pikir aku tidak tahu siapa orang tuamu?! Berhenti menyusahkan mereka dan lakukan tugasmu sebagai anak. Appamu di desa akan kecewa jika aku melaporkan sikapmu ini kepada pihak sekolah –"  Jeongyeon berucap dengan ekspresi datarnya. Pandangan Jeong beralih kepada siswa yang paling pendek.

"...Park Jimin, kau pikir aku juga tidak tahu tentang dirimu?! Kau hanya anak yang ingin perhatian dari kedua orang tuamu yang gila kerja, maka dari itu kau selalu membuat kekacauan di sekolah"

"...Dan kau Kim Seok Jin!" Jeongyeon menghela nafasnya sejenak. Kepalanya menggeleng ke arah siswa tinggi itu karena tidak habis pikir. "..Berhenti mengikuti sikap kedua temanmu itu. Saat SMP kau bahkan pernah menjadi siswa pertukaran pelajar di Australia – apa kau ingin menyia-nyiakan beasiswamu di sini?"

Sebagai ketua osis sekaligus cucu pemilik AHS, sangat mudah bagi Jeongyeon untuk mendapatkan informasi mengenai berandal sekolah. 

Sudah dari lama juga Jeong memperhatikan sikap anak kelas 12 IPS itu, dan baru hari inilah Jeongyeon bisa menegur langsung.

Love Is Miracle [2Yeon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang