49. {Zey kecil}

372 38 4
                                    

Happy Reading!

Gmna kabarnya di awal September?
part ini ringan dan manis.
Yang berat-berat nanti aja 😌

🍃__________🍃_________🍃

'Perpisahan itu pintu keluar dari pertemuan. Kamu dipertemukan dengannya hanya sesaat atau selamanya? Tidak ada yang tahu itu.'
Aldran L. G.

* * *

Menginap selama seminggu di rumah Shena membuat pakaian yang selama ini Zey bawa terasa kurang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menginap selama seminggu di rumah Shena membuat pakaian yang selama ini Zey bawa terasa kurang. Ia harus kembali, mengambil sebagian pakaian di rumah dan juga beberapa barang penting.

Motor hitam miliknya berhenti tepat di bagasi mobil. Turun dari motor, lalu melepas helm. Kaki jenjang Zey melangkah memasuki halaman depan. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu ketika ia fokus menatap seorang pria dan wanita berdebat.

"Kak Keenan sejak kapan ada di rumah? Pekerjaan di Jerman udah selesai?" Seorang wanita yang diketahui bernama Ratna melirik sinis.

"Na, maaf. Saya sadar perbuatan saya telah mengacaukan hidup Zeyra, tapi saya tetap papanya. Dia putri kesayangan."

"Kak! Udah berapa kali Ratna bilang, Zey butuh papanya, tapi apa? Kak Keenan gak peduli sama Zey. Kak Keenan gak ada di saat Zey butuh penopang seorang papa." Ratna berteriak kesal, matanya mulai berkaca-kaca.

"Ratna! Di saat itu juga saya sedang tidak baik-baik saja! Ditinggalkan oleh orang tercinta. Saya ... mencoba memperbaiki semuanya."

Mendengar perdebatan sang papa dan tantenya membuat Zey muak. Suara sepatu menggema, sontak perhatian dialihkan. Ratna dan Keenan tampak terkejut mengetahui kedatangan Zey yang entah sejak kapan.

"Memperbaiki semuanya? Telat. Zey belajar terbiasa hidup tanpa seorang papa. Anda urusi saja kehidupan yang sekarang." Lontaran perkataan Zey menusuk perasaan Keenan.

"Zey, dengerin Papa dulu ...."

Bersikap tak acuh, Zey bergegas berlari menaiki tangga menuju kamar. Ratna meneguk ludah kasar, akhirnya ia tahu sikap yang selama ini Zey tunjukkan hanyalah ke pura-puraan untuk menutupi rasa yang ia pendam.

Menarik napas lelah, Ratna mengusap bahu kakaknya.
"Ya sudah, biar Ratna yang bicara sama Zey." Keenan mengangguk lemas.

Apa yang kamu lakukan ketika rasa sakit yang selama ini kamu pendam sudah tak mampu lagi ditahan?

Menangis? Itu pasti.

ALZYDCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang