⚠+16
"Berawal dari tatap, kemudian menetap. Sayang." Senyumnya mengembang. Lesung pipi itu mulai terlihat.
Gadis itu ikut tersenyum. Menopang dagu.
"Gimana kalau suatu saat nanti kita berpisah? Jodoh 'kan bukan berawal dari tatap, tapi dari Sang Pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Aku berharap, kamu tidak terlibat dengan masa-lalu. Karena kalau iya, kita terpaksa harus menjaga jarak.'
《☆☆☆》
"Kalian berdua ngapain di rumah gue?" Seorang gadis berkacak pinggang menatap dua orang cowok duduk di sofa seraya memakan camilan yang ada digenggamannya.
Dua cowok itu berbalik, tersenyum girang. Salah satu dari mereka berdiri, menghampiri gadis itu, dan menariknya untuk duduk di sofa bersama mereka.
"Kak Dion! Kak Devan! Jawab pertanyaan gue." Gadis itu menuntut.
"Apa sih, ribut-ribut. Zey ... kamu kapan pulang? Ini nih, mereka berdua dari tadi nungguin kamu, Tante baru tahu kalau Dion sama Devan ada di Bandung. Kenapa gak kasih tau hm?" Seorang wanita datang, dia, Tante Ratna tersenyum kecil memandangi Dion dan Devan.
Zey menghela napas gusar. Tingkah Tantenya membuat Zey geleng-geleng kepala.
"Kamu tahu sendiri 'kan, Zey. Dion sama Devan itu udah Tante anggap keponakan juga. Jadi Tante senang banget pas mereka datang ke sini."
"Dion sama Devan ayo, cicipi kue buatan Tante." Tante Ratna menaruh sepiring kue di atas meja.
Mata Dion berbinar, tangannya terulur mengambil satu potong kue. "Hm ... lezat! Kue buatan Tante gak pernah mengecewakan!" Dion mengangkat jempolnya. Tante Ratna tertawa kecil.
"Ya, udah kalian ngobrol aja, Tante mau istirahat di kamar."
"Tante! Kita izin ajak Zey pergi sebentar ya." Devan bersuara. Dion mengangguk, memohon izin. Zey menoleh, mendelik kesal.
