18. {Sebenarnya Siapa Dia?}

391 41 3
                                    

|SELAMAT MEMBACA.|
Voment jika part ini menarik.
Satu lagi, voment itu gratis tidak dipungut pajak.

"Zey? Are you okay?" Zey kembali tersadar, beralih fokus ke hadapan Al. Ia terpikir sebuah ide, tetapi rasanya ide ini sangat memalukan.
Melihat 2 orang itu semakin mendekat, Zey tak ada pilihan lain selain melakukan ide memalukan ini.

Tak apa, Zey, yang penting kamu terbebas dari 2 orang itu. Ayo lakukan ide gila ini!

Tekad Zey sudah bulat. Ia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Zey tak ingin bertemu 2 orang itu ... ia masih butuh waktu. Al mengerutkan dahi melihat Zey dengan wajah gelisahnya.

"Al," panggil Zey lirih.

Seperti biasa Al akan tersenyum jika Zey mulai berbicara padanya.

"Bisa maju selangkah?" Bagai anak kecil yang patuh Al mengangguk polos, ia maju selangkah sehingga jarak antara ia dan Zey sangat tipis. Zey merutuki dirinya dalam hati, merasa malu akan sikapnya yang bodoh ini.

Duk...

Zey membenturkan kepalanya di dada bidang Al, dahinya menempel, kedua tangannya saling terlipat di depan dada. Seakan Zey sedang menangis padahal, Zey hanya menempelkan dahinya di depan dada Al.

"Hei, kenapa?" Al berubah panik melihat sikap Zey yang aneh apa lagi dengan tingkah Zey yang menempelkan dahinya di dada bidang milik Al.

"Please, sebentar saja," pinta Zey pelan.

Al tersenyum tipis, ia hendak mengelus rambut Zey namun, ia urungkan Al tahu Zey tak suka disentuh. Al berdiri tegap menikmati embusan angin, membiarkan Zey dengan posisi seperti itu. Al sendiri tak mengerti apa yang dilakukan Zey.

"Bro, kayaknya itu Nara deh." Laki-laki bertopi hitam menunjuk ke arah gadis yang sedang menempelkan dahinya ke dada bidang pria di hadapannya.

Pria dengan jaket denim menoleh melihat temannya menunjuk seorang gadis di sebelah parkiran toko.
"Ah, nggak mungkin. Lagian kayaknya tuh cewek sedang nangis, berantem sama pacarnya tuh."

Cowok bertopi hitam menggeleng.
"Lo lihat tuh cara pakaiannya, rambut coklatnya, bahkan tas yang dia pake mirip banget sama punya Nara."

Cowok berjaket denim tergelak.
"Iya, sih mirip. Tapi lo harus ingat Nara nggak pernah dekat sama cowok kecuali kita berdua."

"Benar juga, sepertinya salah orang yuk cari tempat lain." Kedua cowok itu segera pergi dari area parkiran. Mereka menyeberang ke sisi jalan yang lain.

Zey mengelus dada pelan, setelah melihat kedua orang itu telah pergi menjauh barulah Zey segera memperbaiki posisinya. Hampir saja kedua orang tadi mengenali Zey, tetapi untungnya Zey selamat, ia berhasil mengelabui 2 orang itu.

"Bagaimana?" tanya Al, ia menatap Zey.

Zey tersenyum tipis, sangat tipis.
"Maaf, tadi ... aku cuma ... i-seng aja." Zey agak gugup ia bingung harus memberi alasan apa.

Al tertawa mendengar ucapan Zey.
"Seorang Zeyra Kinara bisa iseng juga?" Al menaik-turunkan alisnya menggoda Zey.

"Nggak. Aku mau pulang," Zey kembali berucap ketus. Memalukan sekali melihat Al yang tertawa menggodanya.

"Zey," kini giliran Al yang memanggil Zey dengan lirih.

"Hum?"

"Berarti kamu dengar...."

"Dengar apa?"

Al menggaruk pelipisnya gugup. "Dengar ... suara, detakan ginjal aku?"

Zey mengerutkan keningnya, kemudian....
"Pft.... Al, ginjal gak berdetak." Zey menutup mulutnya, hampir saja ia tertawa.

ALZYDCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang