14. {Tawuran}

392 55 0
                                    

|SELAMAT MEMBACA|

Jangan lupa bahagia ya:)

Langit mendung, tetapi bukan berarti pertanda akan hujan. Beberapa siswa-siswi sudah berada di halaman sekolah, mereka datang lebih awal, agar nantinya jika hujan turun, seragam mereka tidak kebasahan. Seperti seorang gadis dengan kuncir kuda sedang meremas bagian bawah roknya, dia datang agak terlambat, di kiranya langit hanya mendung ternyata saat perjalanan hujan turun.

"Makanya datang lebih awal."

Shena. Gadis itu mendelik menatap Revan dengan tajam.
"Berisik! Gue juga enggak tahu kalau bakal hujan."

"Langitnya mendung."

"Heh! Langit mendung bukan berarti hujan."

Revan tersenyum menggoda.
"Berarti kalau jadian belum tentu cinta?"

Shena memutar matanya malas.
"Lo sindir gue?" Revan mengendikkan bahu seraya tersenyum.

Zey menghela napas menyaksikan Shena dan Arvan yang ribut, ini masih pagi, tapi mulut mereka sudah berbusa. Zey mendekati Shena.
"Kita beli rok koperasi aja."

Shena menggeleng ia mendongak menatap Zey.
"Nanti juga kering."

"Iya Shen. Beli rok aja lagi, biar gue yang bayar," sahut Revan. Shena mengeram kesal, tangannya terkepal kuat ingin menonjok Revan jika saja ini bukan sekolah Revan sudah habis di tangan Shena.

"Lo pikir gue enggak sanggup beli?! Rok gue cuma basah sebagian nanti juga kering!"

Arvan menyengir kemudian agak menjauh dari Shena, bisa-bisa Revan di jadikan sarapan oleh Shena.

***

Ini pertama kalinya Axel bolos jam pelajaran pertama jika, bukan karena Bang Tirez, Axel tak kan mau diajak bolos. Ruangan minimalis yang berada di sudut ruangan menjadi tempat pertemuan Axel dan Tirez.

"Bang, ada apa lo manggil gue ke sini?" tanya Axel ada nada kesal di dalam-nya.
Tirez menaikkan alisnya menatap Axel dengan tenang.

"Lo, kesal?"

Axel menghela napas.
"Gue enggak suka bolos." Tirez terkekeh ia berdiri dari tempatnya mendekati Axel. Tangannya merangkul pundak Axel.

"Cuma bolos 2 jam." Lagi-lagi Axel hanya bisa menghela napas menatap Bang Tirez, abang yang sudah ia anggap seperti abang sendiri.

"Hari ini kita mau tawuran."
Axel masih tenang, satu tangannya ia masukkan ke saku celana.

Kening Axel mengerut, bibirnya terbuka. "Lo cuma mau bilang itu?"

Tirez menyeringai, ia kembali bersuara, "Lo ikut 'kan?" Axel mengangguk.

"Gue pasti ikut, karena kalau enggak Abang gue yang pemarah bakal meledak." Tirez tergelak kemudian tertawa kecil.

"Di mana?" Tirez berdehem ia memperbaiki posisi duduknya menyorot Axel datar, tatapannya sangat menusuk.

"Pelita Trisakti."

ALZYDCARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang