Lembayung senja menggantung di langit. Keindahan alam di sore hari yang dapat menentramkan hati. Namun, seorang wanita dengan perut sedikit buncit tampak mondar-mandir di dalam kamar.
Apakah yang kulakukan salah? Tapi .... Kenapa harus aku yang salah? Nabilla berbohong dan Mas Firman marah. Di mana salahku?
"Seperti mama menyerahkan suami mama demi keluarganya, mungkin Nabilla berencana menyerahkan suaminya demi kamu dan anakmu. Sebagai penebusan dosa." Ucapan Bu Dewi terus terngiang dalam benak Rania.
"Apa Nabilla benar-benar mau berkorban sebesar itu?" gumam Rania.
Tiba-tiba terdengar dering telepon dari atas nakas yang membuyarkan lamunan Rania. Setelah mengambil napas panjang, dia mendekati ponselnya dan menerima sambungan telepon.
"Halo, Dev?"
"Apa terjadi sesuatu di rumahmu?" tanya suara wanita dari ujung sambungan.
"Hem, Nabilla sudah pergi dari rumah."
"Kerja bagus Nia! Apa dia mengatakan alasannya?"
"Tidak!" Rania berjalan ke arah jendela. "Nabilla diam-diam bertemu seorang pria di mal. Mas Firman marah dan semua terjadi begitu saja. Aku tak menyangka akan semudah ini."
"Tidak mudah, Nia. Tadi di kantor—"
"Mas Firman datang, nanti kutelepon lagi ya?" Rania memotong ucapan Devi saat melihat mobil suaminya memasuki halaman rumah. Tanpa menunggu jawaban dia memutus sambungan telepon.
Wanita itu bergegas keluar kamar untuk menyambut sang suami. Namun, sebuah kejutan besar malah menyambut dirinya.
"Nia, kenalkan ini David, sahabat kami. Maksudnya, sahabatku dan Nabilla," ucap Firman menunjuk seorang pria di sebelahnya.
"Kamu ...?" David mengenali wajah Rania.
Si wanita hanya bergeming. Susah payah dia menelan ludah untuk membasahi tenggorokan yang mengering. Belum reda rasa khawatir tentang kepergian Nabilla, sekarang kebenaran lain menyambut.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Firman.
"Tidak, kami tidak sengaja bertemu. Itu, gara-gara Rara. Dia makan es krim sambil lari dan menabrak wanita cantik. Rupanya istrimu, padahal udah aku masukin list jadi ibunya Rara. Ha ha ha ...," kelakar David, tetapi segera menutup mulut karena takut gadis kecil dalam gendongannya terbangun.
Firman tersenyum lalu berkata, "Iya, ini Rania istriku."
"Oh, hai, Ran!" sapa David sembari mengulurkan tangan.
"Halo!" Rania menyambut uluran tangan David.
Di saat bersamaan muncul Bu Dewi dan Bi Sarti. Kecemasan jelas terlihat dari wajah Bu Dewi. Rania yang melihat hal itu semakin berdebar, ketakutan.
"Bi Sarti! Bisa minta tolong antar tamu saya dan putrinya ke kamar tamu? Dia akan menginap beberapa hari di rumah ini," titah Firman.
"Baik, Den. Monggo, Mas!" ajak Bi Sarti.
David segera berlalu. Pria itu juga sempat mengangguk menyapa Bu Dewi yang kebetulan berpapasan di bawah tangga.
"Nak Firman!" Bu Dewi berjalan cepat menghampiri menantunya. "Nabilla—"
"Saya tahu, Bu. Tadi di kantor kami bertengkar hebat. Entah apa yang terjadi dengannya. Belakangan dia banyak berubah."
"Kita harus cari dia kan?" pinta Bu Dewi penuh kecemasan.
"Biarkan saja, Bu. Biarkan dia menenangkan diri. Tolong jangan bahas dirinya sekarang. Itu membuat saya pusing. Ada tamu di rumah, saya tidak mau mood saya memburuk," jelas Firman. "Nia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta Satu Atap
RomancePoligami tidak semudah yang dibayangkan. Seadil-adilnya seorang suami, tetap akan ada yang terluka. Lalu bagaimana cara Firman membagi cintanya pada kedua istrinya, Nabilla dan Rania.