"Hai, Vid! Assalamualaikum," sapa Nabilla saat melihat seorang pria menggendong anak perempuan.
"Billa? Kau mengejutkanku."
"Hem? Apa kau melamun?"
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja tadi—"
"Papa ketemu cewek cantik, Tante!" seru gadis kecil dalam gendongan pria bernama David itu.
"Oh, ya?" Nabilla mengambil alih menggendong bocah kecil itu. "Apa papamu mulai genit dan ingin mencari mama untukmu?" sambungnya menghujani ciuman di pipi tembam si bocah.
Bocah bernama Rara itu tertawa geli. Tak ada jawaban dari bibir mungilnya.
"Sudah! Ayo makan dulu. Rara bilang lapar kan tadi?" potong David.
"Hemm, maaf ya? Kalian pasti menunggu lama," pinta Nabilla.
"Tidak, Rara justru senang bermain di sini."
Keduanya segera berjalan beriringan menuju Restoran Ayam Wokwok. Selain karena menu yang ditawarkan ramah anak, tempatnya juga memberi fasilitas untuk tempat bermain anak. Terang saja gadis kecil itu langsung betah.
Sementara David memesan makanan, Rara langsung berlari ke area bermain. Nabilla sendiri mencari tempat duduk yang nyaman. Wanita itu memilih sofa di pojok yang cukup dekat dengan area bermain. Selain sepi tempat itu cukup strategis untuk mengawasi Rara yang sedang bermain.
Tak berapa lama David datang dengan nampan penuh makanan. Ada dua gelas minuman dingin, secangkir coklat panas, satu piring kentang goreng, dan tiga nasi beserta ayamnya. Untuk beberapa saat keduanya sibuk menikmati makan siang.
"Jadi gimana?" tanya David membuka obrolan.
"Seperti yang aku bilang di telepon. Aku mau yang simple aja, Vid. Paling cuma kami sekeluarga. Tapi aku ingin yang berkesan," jawab Nabilla.
"Berkesan bagaimana?"
"Kau pakarnya dalam hal ini, kenapa tanya padaku?"
"Tetap saja kau customer yang harus dilayani dan kepuasannya adalah prioritas."
"Heleh! Gak usah sok resmi."
Sejenak keduanya tertawa. " Jadi, satu meja medium cukup lha, ya? Cuma bertiga ini, kan?"
Nabilla menyesap minumannya sejenak, "Kok bertiga? Aku butuh tujuh kursi."
"Lha, katanya cuma keluarga?"
"Ish! Aku, Mas Firman, mama, kamu, Rara, istri kedua suamiku dan ibunya juga."
David seketika terbatuk karena tersedak. "Maaf, maaf!" Pria berwajah bersih tanpa kumis atau jambang itu mencoba menguasai diri. "Maaf aku lupa tentang istri kedua suamimu."
"Kamu, sih! Diundang tak mau datang. Sahabat macam apa kau ini?"
"Kau tahu waktu itu aku sibuk dengan sidang hak asuh. Mamanya Rara benar-benar membuatku pusing."
"Yang penting sekarang semua sudah selesai kan?"
"Ya! Setelah kubungkam dengan uang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta Satu Atap
RomansaPoligami tidak semudah yang dibayangkan. Seadil-adilnya seorang suami, tetap akan ada yang terluka. Lalu bagaimana cara Firman membagi cintanya pada kedua istrinya, Nabilla dan Rania.